Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P, Jangan Tunda Deklarasi Capres Jokowi!

Kompas.com - 03/09/2013, 10:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pencalonan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi sebagai presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada Pemilu Presiden 2014 diyakini akan mendongkrak elektabilitas partai tersebut. Karena itu, pencalonan Jokowi akan lebih bermanfaat bagi PDI-P jika segera ditetapkan sebelum Pemilu Legislatif 2014.

Pendapat tersebut disampaikan Profesor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (2/9). Menurut dia, seharusnya PDI-P tidak menunda pendeklarasian Jokowi sebagai calon presiden (capres).

”Kalau ditunda, apalagi menunggu hasil pileg (pemilu legislatif) itu sangat terlambat dan bisa mengurangi perolehan suara PDI-P,” katanya.

Seharusnya, kata Ikrar, deklarasi Jokowi sebagai capres dilakukan sebelum pelaksanaan pemilu legislatif pada bulan April 2014. Idealnya, deklarasi dilakukan pada bulan Oktober tahun ini.

Dengan deklarasi Jokowi sebagai capres, elektabilitas PDI-P akan meningkat. Perolehan suara pada pemilu legislatif diperkirakan bisa melonjak menjadi 20 persen hingga 26 persen. Dengan demikian, PDI-P bisa mengusung capres-cawapres sendiri. Jika tetap akan berkoalisi, PDI-P bisa menentukan partai mana saja yang akan diikutkan dalam koalisi.

Parpol penentu

Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hajriyanto Y Thohari mengingatkan, berapa pun elektabilitas dan popularitas seorang tokoh tetap tidak bisa menjadi capres jika tidak dicalonkan oleh partai politik. Sebab, konstitusi dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden mengatur, capres-cawapres diusung oleh parpol atau gabungan parpol. Konstitusi tidak mengenal capres-cawapres dari jalur perseorangan.

Sementara itu, di tempat terpisah, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan, pihaknya akan bersedia ikut Pilpres 2014 jika dipasangkan dengan Jokowi. Untuk pasangan ini, Jokowi sebagai calon presiden dan Jusuf Kalla sebagai calon wakil presiden. Pencalonan sebagai capres dan cawapres perlu diikuti karena berguna untuk kepentingan bangsa dan negara.

”Semua kemungkinan yang baik untuk bangsa dan negara tentu harus (ikut). Anda pun kalau ada kesempatan harus ikut,” kata Kalla ketika ditanya apakah bersedia dipasangkan dengan Joko Widodo yang mendapat tingkat elektabilitas yang tinggi dari hasil survei, di Jakarta, Senin.

Menurut Kalla, tidak ada hambatan untuk berduet dengan Jokowi. ”Saya tidak bicara hambatan karena ini (duet dengan Jokowi) belum kami bicarakan,” katanya.

Kalla menambahkan, bagi dirinya, siapa pun tidak ada hambatan yang serius. Menurut dia, selama ini belum ada pendekatan dengan Jokowi ataupun PDI-P yang kemungkinan akan mengusung Jokowi sebagai capres dalam Pilpres 2014.

Ia menambahkan, dalam politik, banyak dinamika. ”Nanti kami lihat perkembangan. Politik itu dinamikanya cepat. Kami lihat kemungkinannya,” kata Kalla.
Berkejaran

Berdasarkan hasil survei Lembaga Klimatologi Politik (LKP), elektabilitas Partai Golkar dan PDI-P berkejaran melampaui elektabilitas partai lain peserta pemilu. Partai Golkar tercatat mencapai tingkat elektabilitas sebesar 15,9 persen, sedangkan PDI-P berbeda tipis, tercatat 15,2 persen.

Hasil survei LKP tersebut dipaparkan CEO LKP Usman Rachman, di Jakarta, Senin. Dalam survei tersebut, LKP juga mencermati, proses konvensi calon presiden yang digagas dan tengah dilakukan proses awalnya tidak memengaruhi elektabilitas Partai Demokrat yang dalam Pemilu 2009 menjadi pemenang.

Usman mengatakan, naik turunnya hasil survei terhadap elektabilitas partai tidak berdampak pada naik turunnya elektabilitas calon presiden. Itu hanya diperlihatkan pada Partai Golkar yang telah mendeklarasikan Aburizal Bakrie sebagai capres dan PDI-P yang banyak digadang-gadang memiliki kader andalan Jokowi.

Namun, bagi Partai Hanura dan Gerindra, naik turunnya hasil survei elektabilitas partai berdampak pada capresnya. Dari hasil survei, elektabilitas Partai Hanura pascadeklarasi capres-cawapres Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo menempati posisi ketiga, yakni mencapai 10,9 persen. Kemudian Partai Gerindra sebesar 10,2 persen dan Partai Demokrat 8,9 persen.

Survei LKP ini dilaksanakan pada 12-18 Agustus 2013 di 33 provinsi dengan mengambil sampel 450 responden melalui teknik multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan telepon.

Usman mengatakan, ”Elektabilitas Wiranto sebagai capres telah mencapai 18,5 persen. Wiranto melewati tingkat keterpilihan capres Gerindra Prabowo Subianto. Namun, posisi Wiranto masih berada di bawah Joko Widodo. Dalam survei LKP, Jokowi tetap menjadi capres terfavorit pilihan publik. Sebanyak 19,6 persen responden memilih Jokowi sebagai presiden jika pemilihan presiden dilaksanakan hari ini.”

Sementara, posisi Prabowo Subianto hanya memperoleh 15,4 persen, disusul Jusuf Kalla (7,6 persen), Aburizal Bakrie (7,3 persen), Megawati Soekarnoputri (6,1 persen), dan Dahlan Iskan (3,4 persen). (NTA/FER/OSA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada Anwar Usman, MK Diyakini Buat Putusan Progresif dalam Sengketa Pilpres

Tak Ada Anwar Usman, MK Diyakini Buat Putusan Progresif dalam Sengketa Pilpres

Nasional
Gibran Dampingi Prabowo ke Bukber Golkar, Absen Saat Acara PAN dan Demokrat

Gibran Dampingi Prabowo ke Bukber Golkar, Absen Saat Acara PAN dan Demokrat

Nasional
Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Nasional
Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Nasional
Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Nasional
Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Nasional
Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Nasional
Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Nasional
Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Nasional
Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Nasional
Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Nasional
Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com