Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/08/2013, 10:17 WIB
ING

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Survei Litbang Kompas yang dilakukan pada Juni 2013 menempatkan politisi PDI Perjuangan Joko Widodo alias Jokowi pada posisi teratas dengan 32,5 persen. Ia mengungguli sejumlah nama lain yang sudah lebih dulu menyatakan akan maju dalam Pemilihan Presiden 2014, di antaranya, Prabowo Subianto (15,1 persen) dan Aburizal Bakrie (8,8 persen). Jokowi juga mengungguli seniornya, Ketua Umum PDI Perjuangan yang dipilih 8,0 persen responden dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (4,5 persen). Survei ini melibatkan 1.400 responden—calon pemilih dalam Pemilu 2014—yang terpilih secara acak di 33 provinsi.

Dalam survei ini juga diukur potensi dukungan dan penolakan berdasarkan penjumlahan elektabilitas dan resistensi sosok yang dipasangkan, dalam hal ini Jokowi dengan sejumlah nama yang menyatakan keinginannya bertarung pada Pemilihan Presiden 2014.

Jokowi pun dipasangkan dengan 10 nama, yaitu Jusuf Kalla, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Megawati Soekarnoputri, Mahfud MD, Dahlan Iskan, Hatta Rajasa, Wiranto, Surya Paloh, dan Rhoma Irama.

Potensi penolakan paling tinggi saat Jokowi dipasangkan dengan Raja Dangdut Rhoma Irama, yaitu 25,2 persen. Sementara, potensi dukungannya 41,3 persen. Jika dipasangkan dengan Rhoma, dukungan terhadap Jokowi tetap, tetapi hambatan yang dihadapi besar.

Seperti diketahui, Rhoma Irama sudah menyatakan keinginannya untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada Pilpres 2014. Namun, hingga saat ini, belum ada partai politik yang menyatakan akan mengusungnya. Sinyalemen dukungan ditunjukkan Partai Kebangkitan Bangsa. Bahkan, Rhoma mengklaim, partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu akan mengusungnya sebagai capres.

Ichsan Suhendra Rhoma Irama
"Rhoma Irama adalah capres dari PKB. Saya sudah positif diusung dari PKB sejak 2 April 2013," tegas Rhoma, saat menghadiri Safari Ramadhan Peringatan Nuzulul Quran PKB, di Jalan Terusan Pasir Koja, Kota Bandung, Kamis (25/7/2013).

Namun, Rhoma mengaku belum memikirkan siapa bakal pendampingnya bila benar akan berlaga di pemilu presiden. Pelantun lagu "Begadang" ini mengaku fokus pada pencalonan sebagai presiden. "Kalau wapres, kita belum bisa tentukan sekarang," ucapnya.

Rhoma tak peduli popularitas Jokowi

Pada 3 Agustus lalu, Rhoma menyatakan tidak peduli dengan popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang dalam berbagai survei selalu ditempatkan sebagai tokoh paling populer menjadi calon presiden (capres).

Rhoma merasa tidak tersaingi karena, menurutnya, baik PDI-Perjuangan maupun Jokowi sendiri belum mendeklarasikan diri untuk maju sebagai RI-1.

"Beliau kan belum resmi jadi capres. Berbeda dengan saya yang memang sudah punya komitmen dengan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)," kata Rhoma, ketika dihubungi wartawan, di Jakarta, Sabtu (3/8/2013).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com