Bambang menjelaskan, para sipir juga sungkan lantaran perbedaan derajat pendidikan dan latar belakang jabatan. Selain itu, strata sosial dan ekonomi para sipir juga berada jauh di bawah napi kasus korupsi.
Hal-hal itulah yang memengaruhi psikologis para sipir sehingga sering merasa sungkan saat ingin menegur narapidana korupsi yang melanggar aturan. "Tentu berpengaruh pada psikologis petugas, hingga manakala ada penyimpangan, seperti masalah kecil dia megang HP (handphone), mau negur jadi sungkan," kata Bambang seusai menghadiri rapat dengar pendapat bersama Komisi III DPR, di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (26/8/2013).
Sebelumnya, Bambang juga menyampaikan beberapa hal yang mengganggu psikologis para sipir di lapas. Hal ini, di antaranya, beban tugas yang berat karena harus mengurus napi kasus terorisme dan narkotika.
Kepada Komisi III DPR, Bambang mengeluh bahwa pihaknya kesulitan dalam menangani napi teroris dan narkotika karena tak punya cukup keahlian. Di luar itu, fasilitas pendukung untuk menangani narapidana teroris dan narkotika juga tak pernah ada di dalam lapas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.