Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Suap Infrastruktur Daerah Cuma Bakal sampai Anak Buah Muhaimin?

Kompas.com - 12/08/2013, 13:04 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kasus suap Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID) diperkirakan akan berhenti pada dua anak buah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, I Nyoman Suisnaya dan Dadong Irbarelawan, serta pengusaha bernama Dharnawati, yang divonis bersalah beberapa waktu lalu. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto mengakui, KPK memiliki keterbatasan sehingga kasus yang menyeret nama Muhaimin ini belum bisa dikembangkan.

KPK, lanjut Bambang, dibatasi oleh putusan majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta yang tidak menyertakan nama Muhaimin sebagai pihak yang terlibat dalam perkara Nyoman, Dadong, dan Dharnawati tersebut.

"Kalau lihat rumusan dakwaan KPK, itu sudah memasukkan orang-orang yang diduga terlibat, tapi hukum pengadilan tidak memasukkan itu, jadi ada keterbatasan di KPK karena memang pertimbangan hukumnya jauh," kata Bambang di Jakarta, Senin (12/8/2013).

Dalam surat dakwaan Dadong dan Nyoman, KPK memang memasukkan nama Muhaimin sebagai pihak yang diduga bersama-sama menerima suap terkait alokasi DPPID. Surat tuntutan jaksa KPK bahkan menyebutkan bahwa uang Rp 1,5 miliar yang diberikan pengusaha Dharnawati kepada Dadong dan Nyoman ini diperuntukkan bagi kepentingan Muhaimin.

Namun, nama Muhaimin hilang dalam putusan majelis hakim Tipikor yang menyidangkan Nyoman dan Dadong. KPK pun mengajukan upaya banding hingga kasasi terkait kasus ini. Kasasi diajukan karena putusan hakim dianggap tidak sesuai, termasuk soal hilangnya nama Muhaimin tersebut.

Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, putusan kasasi atas perkara ini belum diterima KPK. Menurut Bambang, kasus ini akan berhenti pada Nyoman dan Dadong jika tidak ada pengakuan baru yang membuka peran Muhaimin dari kedua mantan pejabat Kemenakertrans tersebut.

Bambang pun mencontohkan kasus cek pelawat yang berhenti pada Miranda S Goeltom karena Miranda tetap membantah memberikan suap cek pelawat kepada anggota DPR terkait pemenangannya sebagai deputi gubernur Bank Indonesia 2004.

"Saya kasih contoh seperti kasus Ibu Nunun tadi. Akhirnya kan berhenti di Miranda. Kalau misalnya Miranda membuka, itu bisa lanjut lagi, sama seperti itu," tuturnya.

Kendati demikian, dia tetap berharap ada saksi yang mengungkapkan informasi baru sehingga kasus ini dapat dikembangkan.

"Akan menunggu pengakuan saksi-saksi lain seperti kasusnya Ibu Nunun tadi," ujarnya.

Sayangnya, kasus DPPID tersebut sudah tidak lagi diproses penyidikan KPK. Ketiga terdakwa sudah divonis bersalah.

"Kalau memang sudah habis, ya sudah, kita enggak bisa lanjutin lagi. Kalau Miranda, ya berhenti di Miranda, kecuali kalau Miranda mau membuka perkara yang lain," tutur Bambang.

Adapun kasus suap DPPID terungkap saat KPK menangkap tangan Nyoman dan Dadong di kantor Kemenakertrans Kalibata, Jakarta Selatan, 25 Agustus 2012. Saat penangkapan, petugas KPK menyita kardus durian berisi uang Rp 1,5 miliar. Duit itu diduga diberikan Dharnawati karena PT Alam Jaya Papua mendapat proyek DPPID di empat kabupaten. Dalam sidang, Dharnawati mengaku pernah mendengar dari Dadong bahwa duit Rp 1,5 miliar akan diserahkan ke Muhaimin sebagai tunjangan hari raya.

Namun, saat bersaksi di pengadilan beberapa waktu lalu, Muhaimin membantah. Politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu mengaku kalau namanya hanya dicatut. Kasus ini juga melibatkan Ali Mudhori, bekas staf asistensi Muhaimin. Ali disebut-sebut sebagai makelar proyek dalam kasus ini. Ali yang juga mencalonkan diri sebagai bupati Lumajang dalam Pemilukada 2013 itu meninggal dunia karena sakit pada 9 Agustus 2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Nasional
Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Nasional
Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Nasional
Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Nasional
Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Nasional
Tim Hukum Anies-Muhaimin Sampaikan 7 Fakta Kecurangan Pilpres di Dalam Dokumen Kesimpulan

Tim Hukum Anies-Muhaimin Sampaikan 7 Fakta Kecurangan Pilpres di Dalam Dokumen Kesimpulan

Nasional
Pasca-serangan Iran ke Israel, Kemenlu Terus Pantau WNI di Timur Tengah

Pasca-serangan Iran ke Israel, Kemenlu Terus Pantau WNI di Timur Tengah

Nasional
Temui Megawati, Ganjar Mengaku Sempat Ditanya karena Tak Hadiri 'Open House' di Teuku Umar

Temui Megawati, Ganjar Mengaku Sempat Ditanya karena Tak Hadiri "Open House" di Teuku Umar

Nasional
Kubu Prabowo-Gibran Kritik Megawati Ajukan 'Amicus Curiae' ke MK

Kubu Prabowo-Gibran Kritik Megawati Ajukan "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
Soal Gibran Ingin Bertemu, Ganjar: Pintu Saya Tidak Pernah Tertutup

Soal Gibran Ingin Bertemu, Ganjar: Pintu Saya Tidak Pernah Tertutup

Nasional
Telepon Wamenlu AS Pasca-serangan Iran ke Israel, Menlu Retno: Anda Punya Pengaruh Besar

Telepon Wamenlu AS Pasca-serangan Iran ke Israel, Menlu Retno: Anda Punya Pengaruh Besar

Nasional
Bakal Hadiri Putusan Sengketa Pilpres, Ganjar Berharap MK Tak Buat 'April Mop'

Bakal Hadiri Putusan Sengketa Pilpres, Ganjar Berharap MK Tak Buat "April Mop"

Nasional
Serahkan Kesimpulan ke MK, Kubu Anies-Muhaimin Yakin Permohonan Dikabulkan

Serahkan Kesimpulan ke MK, Kubu Anies-Muhaimin Yakin Permohonan Dikabulkan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com