KOMPAS.com - Jumat, 12 Juli 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi sambutan dalam peringatan Hari Koperasi Nasional Ke-66 di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II dan Ketua Dewan Koperasi Indonesia Nurdin Halid hadir dalam acara itu. Peringatan yang bertema ”Sejahtera Bersama Koperasi” itu juga dihadiri ribuan penggerak koperasi dari sejumlah wilayah.

Dalam acara ini, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sjarifuddin Hasan menyebutkan, jumlah koperasi di Indonesia tahun 2009 sebanyak 170.411 unit. Jumlah itu meningkat menjadi 200.808 koperasi pada pertengahan 2013, melampaui target 200.000 koperasi pada 2014.

Jumlah anggota koperasi juga meningkat, dari 29.240.271 anggota pada 2009 menjadi 34.685.145 anggota pada Juni 2013. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menargetkan pada 2014 sedikitnya tiga koperasi di Indonesia masuk dalam jajaran koperasi bertaraf internasional.

Dalam sambutannya, Yudhoyono mengemukakan, perkoperasian tumbuh pesat di seluruh pelosok Tanah Air. Hal ini bermanfaat bagi pengurangan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan kesejahteraan rakyat. ”Berkat koperasi, pertumbuhan ekonomi menjadi lebih berkeadilan dan merata,” katanya.

Presiden memerintahkan menteri terkait untuk menciptakan kebijakan yang mendorong tumbuhnya koperasi. Kepala daerah juga diharapkan melakukan hal serupa didukung upaya bersama Dekopin.

Menurut Nurdin, gerakan koperasi banyak merasakan kebijakan dari pemerintahan Presiden Yudhoyono. Karena itu, Dekopin berharap agar Presiden Yudhoyono diusulkan sebagai Bapak Kebangkitan Koperasi Nasional pada peringatan Hari Koperasi Nasional tahun depan di Medan, Sumatera Utara.

Jumat, 11 Juli 1977, Presiden Soeharto memberi sambutan pada pembukaan Musyawarah Nasional Koperasi di Istana Negara, Jakarta. Hari itu usia koperasi di Indonesia mencapai 50 tahun. Acara itu dihadiri antara lain Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Subiakto Tjakrawerdaya dan Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia Sri Mulyono Herlambang.

Saat itu Presiden mengingatkan, persatuan dan kesatuan bukanlah semata-mata persoalan politik, sosial, dan budaya, melainkan juga persoalan ekonomi. Karena itu, kata Soeharto, gerakan koperasi di Indonesia perlu terus didorong untuk memperkuat sektor perekonomian rakyat pedesaan.

”Kita tidak akan dapat mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa jika kehidupan ekonomi kita memiliki kepincangan-kepincangan. Kepincangan-kepincangan ekonomi yang disebabkan tidak meratanya kesempatan berusaha dan kesenjangan pendapatan adalah salah satu sumber ancaman bagi persatuan dan kesatuan,” kata Soeharto sekitar 10 bulan sebelum peristiwa Mei 1998 yang nyaris meluluhlantakkan persatuan dan kesatuan bangsa dan negeri ini. (WHY/OSD)