Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramadhan dan Kisah Bulan Sabit di Kaki Langit

Kompas.com - 04/07/2013, 09:55 WIB

Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi dengan dimensi relatif cukup besar terhadap planet induknya. Dimensi bulan adalah melebihi seperempat bumi, angka yang cukup besar jika dibandingkan dengan sistem planet dan satelit-satelit alami lainnya yang ada dalam tata surya kita, kecuali untuk Pluto dan Charon (salah satu satelit alaminya).

Sehingga, sistem Bumi-Bulan lebih sering dianggap sistem planet kembar dibanding sistem planet-satelit, terlepas dari karakteristik keduanya yang bertolak belakang laksana bumi dan langit.

Bulan lahir tak bersamaan dengan Bumi, namun menyusul sekitar 100 juta tahun kemudian. Prosesnya melalui serangkaian proses dahsyat yang menakjubkan sebagai bagian dari riuhnya dinamika tata surya yang masih berusia sangat muda, sehingga demikian kacau balau (chaotic).

Berawal dari adanya protoplanet asing yang dinamakan prototheia, yang terbentuk bersamaan dengan protobumi dan sama-sama berbagi orbit Bumi purba dalam bentuk konfigurasi Lagrangian. Sehingga, jika dilihat dari Matahari, antara protobumi dan prototheia senantiasa berjarak sudut (berelongasi) 60 derajat.

Konfigurasi ini sebenarnya menjanjikan stabilitas orbit masing-masing benda langit, namun dengan syarat ukuran salah satu obyek jauh lebih kecil dibanding pasangan berbagi orbitnya.
Karena prototheia memiliki ukuran setara dengan Mars, stabilitas yang diharapkan tak terbentuk sehingga prototheia bergerak maju-mundur dalam orbitnya, sebelum akhirnya menghantam protobumi lewat hantaman miring (oblique). Peristiwa ini disebut sebagai Hantaman Besar.

Hantaman memaksa inti prototheia bergabung ke protobumi, sementara selubung dan keraknya berhamburan sebagai remah-remah tumbukan beraneka ragam ukuran ke lingkungan sekeliling Bumi. Sehingga terbentuk kabut debu nan pekat dan sistem cincin yang mengelilingi Bumi.

Proses kondensasi kemudian memaksa debu-debu produk hantaman kembali menggumpal dan lama-kelamaan kian membesar, hingga menjadi dua buah benda langit yang sama-sama mengitari Bumi. Ya, pada awalnya Bumi mempunyai dua (bayi) Bulan!

Seperti halnya protobumi dan prototheia, dua bayi Bulan itu bergerak mengitari Bumi dengan berbagi orbit yang sama.

Kisah pun berulang, stabilitas tak terbentuk. Sebaliknya, salah satu bayi Bulan mulai bergoyang dari posisinya dan lama-kelamaan kemudian menghantam bayi Bulan lainnya. Inilah yang kemudian membentuk Bulan seperti yang kita kenal pada saat ini dengan dua wajah yang sangat berbeda di antara sisi dekat (yang menghadap ke Bumi) dengan sisi jauhnya (yang membelakangi Bumi).

Sisa dari proses pembentukan Bulan yang demikian menakjubkan ini masih terjejak di masa kini, dalam bentuk kian menjauhnya Bulan dari Bumi dengan kecepatan 3,82 cm/tahun. Fakta ini baru kita temui tatkala pengukuran jarak Bumi-Bulan dengan akurasi sangat tinggi berhasil dilakukan tatkala para astronot program Apollo berhasil memasang cermin pemantul laser dalam program pendaratan manusia di Bulan.

* Muh. Ma'rufin Sudibyo, Koordinator Riset Jejaring Rukyatul Hilal Indonesia & Ketua Tim Ahli Badan Hisab dan Rukyat Daerah Kebumen
 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

    Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

    Nasional
    Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

    Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

    Nasional
    KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

    KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

    Nasional
    Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

    Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

    Nasional
    Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

    Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

    Nasional
    Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

    Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

    Nasional
    Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

    Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

    Nasional
    Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

    Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

    Nasional
    Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

    Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

    Nasional
    Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

    Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

    Nasional
    TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

    TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

    Nasional
    Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

    Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

    Nasional
    Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

    Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

    Nasional
    Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

    Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

    Nasional
    TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

    TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com