"Award tidak mengubah keadaan karena memang pemberian tidak berbasis prestasi apa pun, bahkan bertolak belakang dari fakta," kata Eva saat dihubungi pada Jumat (21/6/2013).
Politisi PDI Perjuangan ini menganggap penghargaan itu hanya sekelebat angin segar yang belum bisa mendorong Presiden untuk menyelesaikan kasus intoleran di Indonesia. Nyatanya, konflik di Sampang yang terjadi sekitar sembilan bulan lalu itu tetap belum terselesaikan.
"Ada pemaksaan harapan, menghibur diri, tapi kasus Sampang membuka mata bahwa award tidak membawa pengaruh pada Presiden untuk mengambil tindakan konkret bagi permasalahan intoleransi," ujarnya.
Untuk diketahui, sudah sembilan bulan kasus kerusuhan warga Syiah di Sampang meletus. Namun, pemerintah belum serius menangani keberadaan para pengungsi. Akibatnya, saat ini para pengungsi masih bertahan di lokasi pengungsian karena tidak diperbolehkan pulang.
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Surabaya, Andy Irfan Junaidi, mendesak pemerintah segera mencari solusi terbaik untuk menangani kasus ini. Pasalnya, walaupun para pengungsi mendapat bantuan dari pemerintah, kondisi pengungsian jauh dari layak. Tak ayal, para pengungsi meminta agar mereka dapat kembali ke kampung halamannya di Desa Karang Gayam dan Desa Bluuran.
Tidak hanya itu, Andy mengatakan, para pengungsi hanya dibiarkan menganggur. Bahkan anak-anak pun tidak dapat bersekolah. Meski ada tempat khusus untuk belajar, tidak ada guru yang datang ke sana untuk memberikan pengajaran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.