Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TKI Pulang Tak Harus Lewat Terminal Khusus

Kompas.com - 19/06/2013, 07:31 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ternyata, para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang baru pulang dari bekerja di luar negeri, tak wajib lagi transit ke Terminal IV Bandara Soekarno Hatta. Selama ini, sudah terlanjur ada semacam prosedur bahwa TKI punya 'terminal sendiri'. Sebelum Terminal IV, dulu 'terminal' untuk TKI adalah Terminal III yang kini dialihkan untuk menambah terminal bagi penerbangan domestik.

Staf Khusus Mennakertrans Bidang Tenaga Kerja, Dita Indah Sari mengatakan para TKI yang baru pulang dari luar negeri tidak perlu melalui terminal ini. Namun dia tak menampik masih banyak TKI yang tiba dari luar negeri kemudian transit ke Terminal Selapajang. Selapajang adalah lokasi Terminal IV Bandara Soekarno Hatta.

Menurut Dita, sosialiasi Permennakertrans 16/2012 kepada TKI memang masih harus digalakkan. "Bisa jadi memang sosialisasi masih kurang, karena peraturan ini juga masih terbilang baru," bilang Dita. Peraturan menteri tersebut mengatur tentang tata cara kepulangan TKI secara mandiri ke daerah asal masing-masing, terbit dan berlaku per 26 September 2012.

TKI yang masih transit, kata Dita, adalah mereka yang memiliki beragam masalah. "Bisa saja para TKI itu transit ke Selapajang karena beragam alasan, seperti kepulangannya bermasalah, nggak dijemput keluarganya, atau datangnya tengah malam," ucapnya.

Meski mengakui tak ada lagi "kewajiban" TKI transit melalui jalur kedatangan "khusus" itu, Dita berpendapat keberadaan Terminal Selapajang yang berada di bawah naungan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) tersebut masih penting. "Sekarang kan fungsinya sudah dibatasi, tetapi di sana juga ada fasilitas-fasilitas penting untuk TKI, seperti dokter, ambulans, bisa menginap, ada fasilitas konter asuransi. Kalau ada masalah tinggal ke situ," kata Dita.

Mengapa fasilitas-fasilitas itu tak dipindahkan saja ke Terminal 2D? "Bisa saja dipindah ke Terminal 2D fasilitasnya, tetapi kan selama ini sudah ada di Terminal 4. Kita kan nggak mau campur antara yang bermasalah dengan yang tidak," ujar Dita.

Menurut Dita, untuk memberantas praktik pungli yang ditengarai banyak terjadi di Terminal IV, tak harus dengan cara menghilangkan atau menghancurkan terminal tersebut. "Jika ada orang yang bermasalah di dalam sebuah kelurahan, kan bukan berarti satu kelurahan itu harus dihancurkan, melainkan orangnya yang harus dicari. Begitu juga di Terminal Selapajang. Bukan terminalnya yang ditiadakan, tetapi membasmi oknum yang berbuat kejahatan di sana. Selama ini kita konsisten membasmi pungli," papar dia.

Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten memiliki empat buah terminal untuk gerbang keluar-masuk penumpang yang memanfaatkan layanan penerbangan. Terminal I khusus untuk penerbangan domestik, Terminal II dan III Untuk penerbangan domestik dan internasional. Sedangkan Terminal IV merupakan terminal khusus TKI. Para TKI yang baru tiba dari negara tempat mereka bekerja, biasanya transit ke Terminal IV untuk di data oleh BNP2TKI.

Terminal IV terletak di daerah Selapajang, Tangerang, Banten. Kondisinya agak seram jauh berbeda dibandingkan dengan tiga terminal lainnya. Selain tempatnya paling jauh dibandingkan terminal yang lain, di sini tertutup pagar besi. Pintu gerbang dijaga dua petugas satpam. Di sini hanya tersedia satu tempat makan yang lokasinya dekat gerbang masuk. Situasi di halaman depan terminal sangat sepi.

Untuk bisa mencapai Terminal IV harus menggunakan kendaraan pribadi atau ojek yang biasa mangkal di setiap terminal atau di Pintu M1 yang merupakan gerbang masuk ke Bandara. Para tukang ojek pun tidak segan meminta tarif tinggi bila ada penumpang yang ingin ke sana.  "Tarifnya Rp 30 ribu, Mas. Udah biasa itu. Soalnya jauh tempatnya," kata Parmin, salah satu tukang ojek di Terminal II Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (18/6/2013).

Sementara petugas Humas Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta, Yudis Setiawan mengatakan, tidak setuju bila tempat khusus TKI tersebut disebut terminal. "Bukan. Terminal itu kan harus ada aktivitas dan rute penerbangan. Tempat itu merupakan tempat penampungan dan pendataan TKI," ujar dia. Yudis mengatakan tempat tersebut bukan diurus oleh Angkasa Pura II melainkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan BNP2TKI.

Jalur khusus untuk para TKI yang baru tiba ke tanah air, memang kerap memunculkan kisah buram. Mulai dari praktik pemalakan, keharusan menggunakan kendaraan yang disediakan meskipun akhirnya terkena tarif lebih mahal atau berisiko diminta tambahan ongkos oleh sopir menggunakan beragam dalih, sampai praktik penukaran uang berdasarkan kurs yang jauh lebih rendah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Nasional
Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Nasional
Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Nasional
Selain 2 Oknum Lion Air,  Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Selain 2 Oknum Lion Air, Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Nasional
Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Nasional
Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Nasional
Suami Zaskia Gotik Dicecar soal Penerimaan Dana Rp 500 Juta dalam Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

Suami Zaskia Gotik Dicecar soal Penerimaan Dana Rp 500 Juta dalam Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com