Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minta Pulang, Warga Syiah Sampang 16 Hari Gowes ke Jakarta

Kompas.com - 16/06/2013, 13:35 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — "Kami tidak ada pilihan lagi selain minta pulang. Kalau masih tidak dikasih, kita akan tetap pulang sebelum puasa. Kita mau puasa di kampung kami. Tidak ada kata relokasi," kata Ahmad Rosid (24) di depan Istana Presiden, Jakarta, Minggu (16/6/2013) siang.

Rosid adalah salah satu warga Syiah di Sampang, Madura, Jawa Timur, yang menjadi korban penyerangan pada Agustus 2012. Demi perjuangan untuk bisa kembali ke kampung halaman di Desa Bluurandi, Kecamatan Karang Penang, Sampang, Rosyid dan sembilan korban lainnya bersepeda dari tempat pengungsian di gelanggang olahraga (GOR) di Sampang pada 1 Juni 2013 hingga berakhir di depan Istana Jakarta siang tadi.

Selama di jalan, mereka didampingi jaringan aktivis, salah satunya dari Kontras. Di mulai pukul 08.00, lima orang bersepeda beriringan. Lima orang lainnya melanjutkan perjalanan setelah istirahat di siang hari. Sorenya, gowes berhenti. Begitu seterusnya hingga Jakarta. "Malamnya kita tinggal di rumah teman-teman jaringan. Sekali kita tidur di POM bensin," kata Fatkhulkhoir dari Kontras Surabaya yang ikut mendampingi mereka.

Saat ini, sebanyak 165 keluarga masih bertahan di GOR. Awalnya, ada 322 keluarga yang mengungsi. Lama kelamaan, satu per satu keluarga memilih keluar dari GOR dan tinggal di rumah sanak saudara.

Rosid bercerita, kondisi di GOR sangat memprihatinkan. Semua pengungsi hanya tidur di alas seadanya tanpa kasur. Paling tidak mengenakkan, tidak ada kegiatan yang bisa dilakukan di pengungsian. Terlebih lagi, kini tidak ada pendidikan yang diterima anak-anak. "Pendidikan buat anak-anak ada cuma dua bulan saja. Setelah itu tidak ada lagi. Di GOR kita tidak ada kerjaan. Di kampung kita bisa tani di lahan sendiri. Anak-anak bisa sekolah," kata Rosid.

Rosid dan warga lainnya mempertanyakan mengapa belum diperbolehkan pulang. Padahal, menurut mereka, sudah tidak ada masalah di kampungnya. Rosid mengaku sempat tiga kali pulang ke rumah. Pertama, ia menginap selama seminggu, ke dua 15 hari, dan terakhir 6 hari.

Para tetangga, tambah Rosid, semua menerima. Bahkan, jika ada warga yang sakit di GOR, para tetangga di kampung datang menjenguk. "Jadi tidak ada apa-apa. Tapi kalau kita ketahuan pulang, disuruh balik lagi ke GOR sama polisi," ucap Rosid.

Mereka mengeluhkan perhatian pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten menghentikan bantuan sejak Mei 2013. Setelah itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan dana Rp 750.000 per bulan untuk satu keluarga. "Tidak cukup uang segitu. Sisanya kita dibantu tetangga di kampung. Kita sudah berkali-kali minta pulang pemerintah. Tapi tidak ada jawaban. Pemerintahnya sudah tuli," ujar Rosid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

    Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

    Nasional
    Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

    Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

    Nasional
    Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

    Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

    Nasional
    Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

    Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

    Nasional
    Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

    Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

    Nasional
    Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

    Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

    Nasional
    Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

    Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

    Nasional
    TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

    TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

    Nasional
    Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

    Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

    Nasional
    Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

    Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

    Nasional
    Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

    Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

    Nasional
    TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

    TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

    Nasional
    Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

    Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

    Nasional
    Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

    Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

    Nasional
    Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

    Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com