Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Forum Pemred Pun Dikomentari

Kompas.com - 16/06/2013, 05:32 WIB

Dalam sepekan belakangan, begitu banyak kicauan yang berlalu lalang pada jagat jejaring sosial Twitter di Indonesia. Kicauan mengomentari beragam soal atau fenomena yang terjadi.

Salah satu bahasan yang paling banyak mengundang komentar adalah beredarnya kondom dalam acara Pertemuan Puncak Pemimpin Redaksi se-Indonesia yang berlangsung di Bali pada 13 Juni lalu. Alat kontrasepsi berbahan lateks dengan merek Meoong dibagikan kepada para peserta bersama sejumlah barang lain, seperti gula pasir, kacang kulit, dan minyak kayu putih.

Begitu kejadian itu muncul dalam pemberitaan, komentar deras bermunculan. Mulai dari yang bernada canda, ejekan, hingga caci maki. Umumnya pengguna Twitter mempertanyakan makna pemberian kondom kepada peserta pertemuan di Bali itu.

Budayawan Sujiwo Tejo melalui akun Twitter-nya, @sudjiwotedjo, merespons dengan jenaka tanpa ikut terpancing menghakimi. Akun dengan pengikut 477.631 orang ini membuat perbandingan kondom dengan padi.

”Ilmu padi makin berisi makin tunduk. Ilmu kondom makin berisi makin tegak, tp tegaknya utk membahagiakan orang lain juga! Sigh!” kicau Sudjiwo pada pukul 09.15 dan di-retweet hingga 529 kali.

Berdasarkan aplikasi PeopleBrowsr, penggunaan kata ”kondom” di linimasa Twitter melonjak hingga 6.916 kali pada 13 Juni, jauh melampaui frekuensi sebanyak 1.410 kali sehari sebelumnya. Hari berikutnya, frekuensinya kembali menurun menjadi 2.274 kali.

Hal serupa ditunjukkan dengan penggunaan kata ”pemred” pada durasi yang sama. Begitu kabar pembagian kondom mengemuka, terdapat 7.763 kali penyebutan kata pemred di linimasa pada 13 Juni. Padahal, sehari sebelumnya hanya 613 penyebutan.

Meski belakangan muncul penjelasan bahwa tak ada maksud lain dari pemberian kondom kecuali promosi produk PT Rajawali Nusantara Indonesia, acara tersebut tidak lolos dari kecaman. Organisasi profesi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mengeluarkan pernyataan keprihatinan terhadap pertemuan Forum Pemred yang diselenggarakan dengan relatif mewah.

Kericuhan yang terjadi di Konsulat Jenderal RI Jeddah juga menjadi salah satu perhatian di dunia Twitter Indonesia. Kejadian ini dipicu oleh antrean WNI yang diperkirakan berjumlah 10.000 orang lebih untuk mengurus dokumen perjalanan menyusul kebijakan pemerintah setempat memberikan kelonggaran bagi warga yang belum memiliki izin tinggal.

Kericuhan berlangsung pada Minggu (9/6), tapi kabar baru sampai di Indonesia pada keesokan harinya. Di Twitter, penggunaan kata ”Jeddah” melonjak hingga 16.748 kali dari sebelumnya 3.620 kali.

Sepanjang hari, tautan berita ataupun foto pembakaran di depan kantor KJRI beredar luas. Tren tersebut hanya bertahan sehari, penyebutan kata ”Jeddah” kembali menurun 8.675 kali pada Selasa (11/6) hingga 4.486 kali pada Rabu.

Topik lain yang juga memancing perdebatan luas ialah mengenai rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang kembali mendominasi perbincangan di Twitter. Dalam 24 jam terakhir hingga Sabtu siang, tercatat ada 44.814 tweet dengan kata kunci BBM yang diluncurkan ke jagat maya. Jumlah itu turun dibandingkan sehari sebelumnya sebanyak 172.473 tweet ketika perdebatan mencapai puncaknya.

Jumlah itu memang tak mewakili jumlah kicauan soal rencana kenaikan harga BBM di Indonesia yang dipancarkan ke jagat maya. Pasalnya, kependekan BBM masih dirancukan dengan istilah Blackberry Messenger.

Namun, saat kata ”subsidi” diketik pada Sabtu siang, terdapat 1.872 kicauan dalam 24 jam terakhir terkait topik rencana kenaikan harga BBM. Sekalipun jumlah itu menurun jika dibandingkan sehari sebelumnya dengan jumlah sebanyak 7.396 tweet dipancarkan yang bersamaan dengan ramainya pemberitaan terkait hal tersebut.  

Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Komaruddin Hidayat dalam akun @komar_hidayat menulis: ”Tanyakan pada yg ahli soal energy. Saya hanya mengatakan, siapapun Presidennya dihadapkan pada issue subsidi BBM yg kian membengkak.”  

Ketua Umum Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor Muhammad Said Didu dalam akun @saididu menulis: ”Penikmat subsidi BBM : 1) org mampu, 2) penyelundup, 3) importir, 4) kilang LN, 5) trader. Org miskin dpt apa?” (ELD/INK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com