Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Tak Konsisten soal BBM, PKS Layak Dihukum?

Kompas.com - 12/06/2013, 08:27 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Konsistensi Partai Keadilan Sejahtera kembali diuji dalam menyikapi rencana pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Jika akhirnya PKS berubah sikap, partai pimpinan Anis Matta itu dinilai layak "dihukum" publik dalam pemilu 2014.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan, publik menjadikan berbagai spanduk berisi penolakan kenaikan harga BBM sebagai bukti otentik pilihan sikap PKS. Jika berubah sikap, PKS tak konsisten.

"Kenaikan BBM bukan persoalan enteng karena akan memengaruhi nasib jutaan rakyat Indonesia. Jika mereka bermain-main dengan wacana retoris, tentu partai ini memang layak dihukum di pemilu. Jika akhirnya mereka menjilat lidahnya sendiri dan sepakat mendukung dengan kebijakan yang sempat ditentangnya, publik akan menilai tidak konsistennya PKS," kata Gun Gun, kepada Kompas.com, Rabu (12/6/2013).

Hal itu dikatakan Gun Gun ketika dimintai tanggapan rencana Sidang Majelis Syuro PKS hari ini untuk memutuskan sikap terkait rencana kenaikan harga BBM. Sidang juga akan menyinggung keberadaan PKS di koalisi pemerintahan.

Gun Gun melihat, ada perpecahan di internal PKS dalam menyikapi rencana kenaikan harga BBM. Sejumlah elit DPP PKS lantang menentang rencana kenaikan harga premium menjadi Rp 6.500 per liter dan solar Rp 5.500 per liter. Sebaliknya, elit PKS yang berada di kabinet pemerintahan secara terbuka mengaku mendukung.

Gun Gun menambahkan, pemasangan spanduk oleh PKS tidak akan bermanfaat jika ternyata orientasinya hanya untuk pencitraan. PKS tidak boleh bersikap ganda, apalagi mempermainkan persepsi publik dengan strategi manipulasi psikologis.

"Ini bukan soal tepat tidaknya rencana kenaikan harga BBM, tapi lebih kepada pilihan sikap politik partai dan elit yang harus konsisten. Politik itu soal pilihan dan konsistensi atas sikap yang sudah diambil," kata Gun Gun.

Untuk kesekian kalinya, PKS kembali memilih bersikap berseberangan dengan koalisi. Sikap penolakan yang diutarakan sejumlah elite PKS tak senada dengan sikap kadernya yang duduk di Kabinet Indonesia Bersatu II, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring. Atas sikap PKS ini, sejumlah partai koalisi meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai pimpinan koalisi untuk mendisiplinkan partai tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

    Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

    Nasional
    Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

    Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

    Nasional
    Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

    Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

    Nasional
    Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

    Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

    Nasional
    Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

    Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

    Nasional
    Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

    Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

    Nasional
    Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

    Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

    Nasional
    Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

    TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

    Nasional
    Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

    Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

    Nasional
    Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

    Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

    Nasional
    Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

    Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

    Nasional
    Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

    Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

    Nasional
    Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

    Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

    Nasional
    KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

    KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com