Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Bantah Tak Siapkan Pelayanan dengan Baik di KJRI Jeddah

Kompas.com - 11/06/2013, 12:18 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Indonesia membantah jika disebut tidak mempersiapkan dengan baik tindak lanjut dari kebijakan amnesti Pemerintah Arab Saudi untuk warga negara lain, termasuk Indonesia. Pemerintah mengklaim sudah melakukan berbagai upaya untuk memproses penerbitan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) untuk WNI yang tidak memiliki dokumen ataupun sudah habis masa berlakunya.

"Tidak benar apabila kita tidak mempersiapkan dengan baik proses dari pengampunan ini kepada WNI kita," kata Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto saat jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam di Jakarta, Selasa (11/6/2013).

Jumpa pers digelar pascakerusuhan di Konsultat Jenderal RI di Jeddah, Arab Saudi, yang menyebabkan satu orang tewas. Dalam acara ini, hadir pula Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, serta Wakil Menhuk dan HAM Denny Indrayana.

Djoko mengatakan, sejak dimulai pada 18 Mei, KJRI di Jeddah memberi pelayanan setiap hari. Pemerintah juga terus menambah pegawai untuk memproses SPLP. Sebelum ada kebijakan amnesti, hanya ada 15 orang perwakilan Indonesia di KJRI Jeddah, 70 staf lokal, dan membuka enam loket.

Setelah ada kebijakan amnesti, pemerintah lalu menambah 34 staf dari Jakarta. Ada pula tambahan 80 relawan. Lantaran jumlah pendaftar mencapai ribuan, KJRI di Jeddah menambah jumlah loket hingga 24 loket.

"Pada 7 Juni juga sudah berangkat tim dari Kemenlu, Kemenkumham, Kemenakertras, dan BNP2TKI untuk memonitor pelaksanaan," kata Djoko.

Marty juga mengatakan hal senada. Pihak KJRI di Jeddah, kata dia, sudah bekerja hampir 24 jam setiap hari. Tak hanya menunggu di loket, kata dia, staf KJRI juga mendatangi antrean untuk memproses dokumen sehingga bisa lebih cepat.

Djoko menambahkan, kerusuhan di KJRI berawal dari isu yang diembuskan bahwa pelayanan akan berakhir pada 9 Juni. Sebelumnya, jumlah pendaftar hanya 5.000-6.000 orang. Namun, pada 9 Juni melonjak hingga 12.000 orang.

"Sehingga terjadi ketidaknyamanan. Kemudian terjadi aksi-aksi yang sangat kita sesalkan bersama karena terjadi di negara lain. Itu bukan pembakaran gedung, tapi pembakaran plastik-plastik," pungkas Djoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

    Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

    Nasional
    Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

    Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

    Nasional
    Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

    Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

    Nasional
    Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

    Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

    Nasional
    AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

    AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

    Nasional
    Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

    Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

    Nasional
    Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

    Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

    Nasional
    AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

    AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

    Nasional
    Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

    Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

    Nasional
    Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

    Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

    Nasional
    Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

    Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

    Nasional
    Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

    Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

    Nasional
    AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

    AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

    Nasional
    Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

    Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com