”Peluang PDI Perjuangan untuk menjadi makin solid itu lebih besar karena PDI Perjuangan dan elitenya kini hanya memiliki (Ketua Umum) Megawati (Soekarnoputri) sebagai poros kekuasaan,” kata Yunarto Wijaya dari Charta Politika, Senin (10/6).
Kondisi itu, menurut Yunarto, sekaligus memunculkan adanya tantangan dan momentum melakukan transformasi internal. Transformasi yang dimaksud adalah keberanian PDI-P untuk membuka celah dalam mendiversifikasi kekuasaan agar tidak terpusat pada Megawati ataupun keluarga besar Soekarno.
”Bisa saja ada sosok di luar keluarga (Soekarno) yang kemudian dimunculkan dan di situ masyarakat melihat PDI-P tengah bertransformasi dari partai yang feodal ke partai modern. Namun, momentum transformasi itu bergantung penuh kepada Megawati,” katanya.
Menurut Yunarto, sosok Taufiq Kiemas selama ini memberikan warna dan pola pikir yang lain dari PDI-P. Hal itu tecermin dari gaya politik yang moderat dari Taufiq hingga PDI-P bisa menampilkan wajah lain dari partai oposisi yang tidak harus selalu berbeda dari pemerintah. Warna lain yang diwariskan Taufiq adalah dorongan dan prakondisi akan regenerasi kepemimpinan kepada kaum muda.
Terkait pengganti Taufiq di posisi Ketua Dewan Pertimbangan Partai, menurut Yunarto, sosok seperti Parmono Anung Wibowo bisa saja dimunculkan.
Menurut Ketua DPP PDI-P Maruar Sirait, belum waktunya PDI-P membicarakan pengganti Taufiq untuk posisi Ketua Dewan Pertimbangan Partai ataupun di posisi Ketua MPR.
”Belum waktunya membicarakan itu karena kita sedang berduka. Yang penting, empat pilar yang disuarakan Pak Taufiq tetap kita perjuangkan. Juga bagaimana menghormati dan memelihara komunikasi dengan partai politik lain,” katanya.
Peneliti senior Pol-Tracking Institute, Tata Mutasya, secara terpisah mengatakan, Puan Maharani hendaknya dapat berperan sebagai pemersatu di PDI-P sepeninggal Taufiq Kiemas. Masa depan partai tersebut diprediksi akan cerah apabila peran itu diambil alih oleh Puan Maharani.