JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Marzuki Alie berduka cita atas meninggalnya Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) Taufiq Kiemas. Marzuki mengaku dirinya memiliki kenangan pribadi yang tak terlupakan bersama politisi senior PDI-Perjuangan itu.
"Secara pribadi saya punya pengalaman yang tidak terlupakan, saat kami kehabisan dana untuk menyelesaikan Al Quran ukiran khas Palembang, terbuat dari kayu dan terbesar di dunia, beliau (Taufiq) memberikan bantuan atas nama lima orang, sehingga kami bisa melanjutkan pekerjaan tersebut," ujar Marzuki saat dihubungi Sabtu (8/6/2013). Pria asal Palembang itu juga sempat merasakan kebaikan hati Taufiq mana kala menunaikan ibadah umrah bersama dengan Taufiq Kiemas di Tanah Suci. Ketika itu, kenang Marzuki, istrinya diberikan uang rial oleh Taufiq untuk berbelanja.
"Padahal istri saya memang tidak suka belanja, mungkin dilihatnya tidak punya uang," tutur Marzuki.
Selain dikenal sebagai sosok yang baik hati, Taufiq pun menurut Marzuki adalah seorang politisi legendaris yang memulai karirnya dari seorang aktivis yang idealis. Keunikan Taufiq yang melekat hingga kini adalah rasa nasionalisme yang mendalam yang terefleksikan dalam pilihan dan sikap perjuangannya. "Karena itulah dapat dipahami mengapa almarhum memiliki spektrum pergaulan yang luas, bergaul dengan semua elemen bangsa yang plural, tanpa memandang kelas atau strata ekonomi, etnisitas, agama, kesukuan dan berbagai perbedaan primordial lainnya," papar Marzuki.
Rasa nasionalisme yang kuat itu juga, sebut Marzuki, yang membuat almarhum menjadi sosok politisi rasional yang akomodatif dan mengupayakan konsensus. Sikap dan pilihan politiknya dilakukan dengan tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip politik yang diyakininya. "Komunikasi politiknya baik, dan bukan merupakan sosok pendendam. Ia juga tidak segan memberi pandangan yang kontruktif terhadap generasi muda dan membuka pintu bagi regenerasi politik secara rasional," kata politisi Partai Demokrat.
Marzuki menjelaskan, bangsa Indonesia telah kehilangan sosok politisi besar yang nasionalis, bijak, komunikatif, terbuka, humanis, dan kaya gagasan. "Marilah kita doakan almarhum, agar segala amal baktinya bagi bangsa dan negara, diterima dan mendapatkan tempat terbaik dari Allah SWT," ungkap Marzuki.
Taufiq Kiemas meninggal di sebuah rumah sakit di Singapura, Sabtu malam waktu setempat. Ia menjalani perawatan di negara itu setelah mendampingi Wakil Presiden Boediono meresmikan Monumen Bung Karno dan Situs Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Nusa Tenggara Timur pada Sabtu (1/6/2013). Peresmian dilakukan bertepatan dengan peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 1945. Taufiq meninggal di usianya yang ke 70. Ia meninggalkan seorang istri Dyah Permata Megawati Setyawati atau Megawati Soekarnoputri dan tiga anak yakni Mohammad Rizki Pratama, Mohamad Prananda Prabowo, dan Puan Maharani Nakshatra Kusyala.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.