Jakarta, Kompas
Hal ini disampaikan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Moeldoko, Senin (3/6), di Jakarta, saat memimpin upacara serah terima jabatan (sertijab) Panglima Kostrad dari Letnan Jenderal Muhamad Munir kepada Letnan Jenderal Gatot Nurmantyo.
Pada kesempatan yang sama, Moeldoko memimpin penyerahan tugas dan tanggung jawab
Moeldoko mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan dinamika organisasi TNI AD harus tinggi. Pertama, tahun ini, intensitas situasi politik cukup meningkat karena Indonesia akan memasuki tahun politik. Karena itu, mau tidak mau TNI AD harus memiliki respons yang sangat tinggi terhadap situasi itu.
Kedua, pada September 2013, Indonesia akan menyelenggarakan APEC di Bali sehingga TNI AD harus menyiapkan pasukan pengamanan dengan sebaik-baiknya terkait pengamanan beberapa kepala negara yang akan hadir. Ketiga, perkembangan situasi politik, baik yang terjadi di Aceh maupun Papua, juga memerlukan respons TNI AD.
Selain itu, Moeldoko juga berharap TNI AD berjalan dengan sehat, semua prajurit percaya dengan sistem yang telah berjalan. Manakala sebagian kecil, apalagi sebagian besar, prajurit TNI AD tidak percaya dengan sistem yang berjalan dan dijalankan, hal itu menjadi sebuah ancaman.
Ia menambahkan, saat ini persepsi bahwa TNI AD adalah organisasi terbaik di Indonesia sudah berubah. Jawabannya, ujar Moeldoko, adalah karena TNI AD tidak bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan strategis saat ini.
Terkait dengan hal ini, ia membeberkan persoalan-persoalan organisasi yang sedang dihadapi, khususnya di bidang budaya. KSAD mencontohkan, pendekatan kekerasan, sikap arogan, dan sikap mau menang sendiri yang dilakukan prajurit TNI AD adalah persoalan yang belum bisa diselesaikan.