Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pidato SBY di AS: Tak Ada Ruang bagi Perilaku Tak Toleran

Kompas.com - 31/05/2013, 12:27 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, Pemerintah Indonesia bersama seluruh komponen bangsa lainnya terus mengembangkan kehidupan berbangsa, termasuk mencegah perilaku tidak toleran dan menegakkan hukum bila ada tindakan tersebut.

"Proses demokrasi masih terus berkembang dan konsistensi sebagai sebuah negara merdeka masih diuji. Mengembangkan perdamaian, ketertiban, dan harmoni merupakan sesuatu yang tidak bisa terjadi begitu saja," kata Presiden dalam acara penyerahan penghargaan World Statesman Award di New York, Kamis (30/5/2013) malam waktu setempat atau Jumat (31/5/2013) pagi waktu Jakarta.

Meski telah berkembang menjadi sebuah negara demokrasi dan berhasil lepas dari bayang-bayang kesulitan pasca-Reformasi 1998 di bidang politik, keamanan, ekonomi, di Indonesia, kata Presiden, masih ada sejumlah masalah yang dihadapi dan terus dibenahi.

"Konflik komunal beberapa kali masih terjadi, pertentangan akibat sensitivitas nilai agama masih juga ada. Radikalisme juga masih sesekali terjadi. Namun, saya percaya bahwa masalah ini tidak hanya dihadapi oleh Indonesia sendiri, tetapi juga merupakan fenomena global," kata Presiden.

Kepala Negara mengatakan, pemerintah dan seluruh komponen bangsa terus melakukan berbagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. "Kami akan terus melanjutkan upaya transformasi Indonesia sambil menyelesaikan permasalahan tersebut," ujar Presiden.

"Kami tidak akan menoleransi setiap tindakan kekerasan oleh kelompok yang mengatasnamakan agama. Kami juga tidak akan membiarkan penodaan tempat ibadah agama apa pun untuk alasan apa pun. Kami juga akan melindungi minoritas dan memastikan tidak ada yang mengalami diskriminasi. Kami juga akan memastikan siapa pun yang melanggar hak yang dimiliki kelompok lain akan menghadapi proses hukum," kata Presiden.

Menurutnya, pemerintah terus melakukan langkah untuk memastikan semua penganut agama hidup dalam kebebasan beribadah dan juga hidup secara berdampingan dalam persaudaraan.

"Indonesia akan selalu menjadi negara dengan tempat ibadah yang melimpah. Saat ini, ada lebih dari 255.000 masjid. Kami juga memiliki lebih dari 13.000 pura Hindu, sekitar 2.000 candi Buddha, dan lebih dari 1.300 kelenteng Confucius. Dan ini mungkin mengejutkan Anda, kami memiliki lebih dari 61.000 gereja di Indonesia, lebih banyak dibandingkan di Inggris dan Jerman. Dan banyak tempat ibadah itu berlokasi di jalan yang sama," ungkap Presiden.

Penyerahan World Statesman Award dilangsungkan di Hotel Pierre, New York. Penghargaan itu diserahkan oleh Rabbi Arthur Scheneier dalam sebuah acara makan malam. Hadir juga mantan Menlu AS yang juga tokoh hubungan internasional Dr Henry Kissinger.

Presiden didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono, Menlu Marty Natalegawa, Dubes RI untuk AS Dino Patti Djalal dan Mensesneg Sudi Silalahi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

    Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

    Nasional
    Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

    Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

    Nasional
    Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

    Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

    Nasional
    Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

    Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

    Nasional
    Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

    Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

    Nasional
    Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

    Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

    Nasional
    TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

    TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

    Nasional
    Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

    Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

    Nasional
    Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

    Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

    Nasional
    Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

    Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

    Nasional
    TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

    TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

    Nasional
    Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

    Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

    Nasional
    Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

    Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

    Nasional
    Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

    Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

    Nasional
    Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

    Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com