JAKARTA, KOMPAS.com - Langkah Partai Keadilan Sejahtera yang melaporkan Komisi Pemberantasan Korupsi ke Mabes Polri dinilai berpotensi menjadi bumerang bagi partai dakwah itu. Kalau tak cermat dan salah mengambil langkah, nama baik partai yang akan semakin terpuruk. Pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Effendi Ghazali mengatakan, saat ini kedua pihak (PKS dan KPK) berada di posisi yang sama-sama merasa benar.
PKS merasa diperlakukan buruk dan mencoba melawan, sedangkan KPK berkeyakinan bahwa langkahnya menyita mobil yang berkaitan dengan kasus dugaan korupsi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) di partai tersebut telah sesuai prosedur. "Kekalahan pertama, misalnya, siapa yang tidak cermat mengamati, dan kedua, melawan pendapat umum. Kalau itu yang terjadi, sebetulnya kekalahan yang akan diterima PKS bisa dua kali lipat," kata Effendi di Jakarta, Senin (13/5/2013).
Effendi menyampaikan, saat ini PKS dalam posisi panik sehingga berpotensi gegabah dan salah mengambil langkah. Menurutnya, kepanikan itu nampak dari bahasa yang disampaikan saat KPK berencana kembali mendatangi DPP PKS di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Saat itu, PKS mengungkapkan niatnya untuk menyambut kedatangan KPK dengan memberikan rangkaian bunga.
Bagi Effendi, hal itu merupakan bahasa hiperbola yang sarat makna dan mempertegas kepanikan PKS. "Bahasa yang disampaikan juga agak berlebihan bahwa kedatangan KPK disambut dengan karangan bunga. Bahasa-bahasa hiperbolis itu adalah bentuk kepanikan," ujarnya.
Seperti diketahui, PKS akan melaporkan KPK ke Mabes Polri atas tuduhan melakukan perbuatan tidak menyenangkan, mencemarkan nama baik, dan melakukan kebohongan terhadap publik. Wakil Sekretaris Jenderal PKS Fahri Hamzah mengatakan, pihaknya tidak melaporkan KPK secara institusi, tetapi sebatas oknum di internal KPK.
Adapun oknum KPK yang akan dilaporkan ke kepolisian adalah 10 penyidik yang mendatangi kantor DPP PKS dan Juru Bicara KPK Johan Budi. "Ini tidak ada hubungannya dengan institusi, ini hubungannya dengan 10 orang yang datang ke PKS dan Johan Budi yang membuat pernyataan yang fatal," kata Fahri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.