Apa penyebabnya? Menurut Kusnanto, itu terjadi karena para penggagas yang mengusung reformasi ternyata sudah pada pensiun pada rentang 2002 - 2003. Sejak 2004, Fraksi TNI juga tak ada lagi di DPR sehingga semakin memutus ide reformasi ini.
"Bayangkan, antara 2004 sampai sekarang tak ada kelanjutan reformasi, tak ada perubahan, maka tak mengherankan kalau kita tak punya kemampuan pulih dari krisis dalam berbagai sektor," kata Kusnanto.
Kondisi makin diperparah dengan kenyataan bahwa daftar calon legislatif sementara (DCS) kita saat ini didominasi wajah-wajah parlemen lama. "Karena itu saya tak ada harapan akan ada perubahan hingga 2019. Saya tak yakin bisa andalkan DPR bagaimana menempatkan Indonesia dalam konteks global," kata Kusnanto.
Connie Rahakundini Bakrie juga menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi pertahanan bangsa yang tak terurus. Apalagi jika dikontekskan dengan pertahanan negara kepulauan, Indonesia benar-benar jauh tertinggal dibanding negara lain.
Salah satu yang menjadikan kondisi ini terpuruk adalah pada pemerintahan terutama era Susilo Bambang Yudhoyono, kita dininabobokan seolah kita tak memiliki musuh. "Semua dianggap teman, tidak tahu kalau di bawah laut senjata dan musuh mengancam Indonesia," kata Connie.
Padahal, kerajaan-kerajaan kecil di zaman dulu telah menunjukkan bagaimana pentingnya membangun armada laut. Zaman Raja Demak, Pati Unus (berkuasa 1518-1521, misalnya, dalam setahun bisa membangun 200 kapal dan memiliki kekuatan angkatan laut yang besar. Pati Unus menyadarkan kita bagaimana pentingnya membangun industri pertahanan.
Ratu Kalinyamat dari Jepara juga menunjukkan bagaimana kekuatan Jepara waktu itu, dalam memainkan peranannya di tengah negara-negara luar. Tahun 1550 sudah mencetuskan ide ASEAN dengan power dan kesejahteraannya.
Atas permintaan Sultan Johor, Ratu Kalinyamat pada 1550 mengirim 4.000 tentara Jepara untuk membebaskan Malaka dari bangsa Eropa. Armada Jepara ini kemudian bergabung dengan armada pasukan Persekutuan Melayu hingga mencapai 200 kapal perang. Pasukan gabungan tersebut berhasil merebut sebagian Malaka.
Kini, pertahanan Indonesia sebagai negara kepulauan makin terpuruk. Australia saja, kata Connie, yang tak pernah mendeklarasikan diri sebagai negara kepulauan, memiliki jelajah pengintai hingga 1.000 mil, bahkan sampai ke kutub.
"Kita terlalu anteng dengan anggaran kita yang kecil," kata Connie. Padahal sumber perang yang sering disebut-sebut, semua ada di Indonesia, mulai sumber daya alam hingga lokasi yang strategis untuk perdagangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.