Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rainbow Warrior Akan Layari Papua-Jakarta

Kompas.com - 08/05/2013, 04:01 WIB

Jakarta, Kompas - Kapal Rainbow Warrior milik organisasi lingkungan Greenpeace akan tiba di Pelabuhan Jayapura, Papua, untuk memulai kampanye di Indonesia. Mereka membawa misi perlindungan hutan dan laut di Indonesia yang terkenal kekayaan sumber daya alamnya.

Kepala Greenpeace Indonesia Longgena Ginting, Selasa (7/5), di Jakarta, mengatakan, kapal telah bertolak dari Australia. Awal perjalanan dipilih Papua karena lebih dekat dari Australia.

Selain itu, alam Bumi Cenderawasih relatif masih terlindungi dengan 90 persen daratan berupa hutan. ”Di Papua kami mengadakan seminar, diskusi, dan kampanye. Kami ingin Papua jangan sampai seperti Kalimantan dan Sumatera yang tereksploitasi secara masif,” katanya.

Dari Jayapura, kapal sepanjang hampir 58 meter ini bergerak ke Manokwari selama enam hari. Di situ, kapal yang berkapasitas 30 orang (termasuk 15 awak kapal) menjelajah Teluk Cenderawasih.

Di Manokwari, kapal Rainbow Warrior bergerak ke Sorong sambil singgah ke utara melayari perairan Raja Ampat. Dari Sorong, Rainbow Warrior menuju Tanjung Benoa, Bali, melewati Laut banda dan Flores.

Banyak data menyebutkan, di perairan itu sering terjadi pencurian ikan oleh kapal berbendera/berawak asing.

”Kami ingin tidak ada lagi pemberian izin bagi kapal asing penangkap ikan di perairan Indonesia. Ini agar nelayan menjadi tuan di laut sendiri,” kata Arifsyah M Nasution, Pengampanye Laut Greenpeace Indonesia.

Dari Bali, kapal dengan kecepatan 7-15 knot ini bergerak ke Jakarta. Rainbow Warrior yang diluncurkan Oktober 2011 ini diperkirakan tiba di Jakarta 7 Juni 2013. Selama 7-9 Juni 2013, Greenpeace membuka kapal untuk kunjungan masyarakat umum.

Dihubungi Selasa malam, Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Soebagyo (Golkar) mendesak pemerintah dan Badan Intelijen Negara memastikan tujuan kegiatan Greenpeace. ”Jangan sampai hanya mencari kelemahan, black campaign negara kita. Jadi harus clear,” kata Firman.

Menurut Firman, kampanye hitam bakal merugikan ekspor komoditas seperti minyak sawit, kayu, dan kertas. Negara-negara Eropa dan Amerika sensitif akan produk yang dinilai merusak lingkungan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com