Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menunggu Lurah Warakas seperti Menanti Anas Urbaningrum

Kompas.com - 02/05/2013, 22:16 WIB
Alfiyyatur Rohmah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Puluhan wartawan yang seharian menunggu pernyataan Lurah Warakas Mulyadi, baik di kantor maupun rumahnya, tak berhenti bertanya-tanya. "Kita sedang nunggu Mulyadi atau Anas Urbaningrum?" kata wartawan berkali-kali.

Pertanyaan tersebut sering terlontar saat wartawan menunggu untuk bertemu ataupun mendapatkan pernyataan dari lurah yang menolak mengikuti ujian dalam proses seleksi dan promosi terbuka atau lelang jabatan lurah tersebut. Bukan hanya hari ini, kemarin pun wartawan dibuat gigit jari karena menantikan kedatangan sosok Pak Lurah.

Sejak pagi tadi, puluhan wartawan media cetak dan elektronik mendatangi kantor Kelurahan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Seperti halnya kemarin, Mulyadi tak ada di sana. Wartawan hanya mendapati para pegawai kelurahan yang sibuk melayani warga.

Pegawai kelurahan mengatakan, Mulyadi sedang rapat di kantor kecamatan. Wartawan mengejar ke kantor Kecamatan Tanjung Priok. Hasilnya nihil, sang lurah tidak ada di kantor tersebut. Para pemburu berita pun kembali ke Kelurahan Warakas, kantor Mulyadi, tapi lagi-lagi gigit jari.

Setelah seharian menunggu di kantor kelurahan dan Mulyadi tak juga datang, wartawan mencoba mendatangi rumahnya di Jalan Semper Plumpang, Rawabadak Selatan, Koja, Tanjung Priok. Lagi-lagi Mulyadi tidak ada. Telepon dan SMS wartawan tak mendapat jawaban dari Mulyadi.

Sekitar pukul 20.00 WIB, Mulyadi akhirnya mau menerima telepon dan mau ditemui. Wartawan girang, tapi lagi-lagi harus kecewa karena Mulyadi hanya ingin bertemu dengan satu wartawan dari Warta Kota. Itu pun terjadi setelah ia didesak untuk berkomentar demi berimbangnya berita.

"Nih, mau ketemu Pak Lurah, tapi cuma sama kamu (wartawan Warta Kota)," kata Sekretaris Lurah Deny Sarifudin saat dihubungi, Kamis (2/5/2013) malam.

Setelah itu, Mulyadi menentukan tempat untuk pertemuan tersebut. Ia memilih Puskesmas Kelurahan Warakas, Jalan IX-13, sebagai tempat wawancara. Perburuan informasi supaya tidak terjadi ketimpangan pemberitaan pun dilakukan sampai malam.

Pengumpulan informasi seperti ini hampir sama dengan saat-saat ketika wartawan mencari keberadaan Komisaris Jenderal (Purn) Susno Duadji. Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri itu tengah diburu sejak ia menghilang setelah kejaksaan menjemput Susno di rumahnya, pekan lalu. Wartawan menunggu seharian penuh di rumahnya di daerah Cinere.

Momen menunggu narasumber seperti ini juga pernah terjadi saat jurnalis menanti pernyataan dari Anas Urbaningrum saat diminta mundur oleh Majelis Tinggi Partai Demokrat. Wartawan menunggu di depan rumahnya sampai bisa memberikan pernyataan terkait statusnya di Partai Demokrat.

"Ini yang kita tunggu lurah kan, ya? Kok kaya nunggu Anas Urbaningrum?" kata Pram, wartawan dari salah satu media online, saat menunggu Mulyadi, Kamis malam.

Kisah Mulyadi yang ramai diperbincangkan ini berawal dari sikapnya yang menolak mengikuti tes seleksi promosi jabatan terbuka lurah atau biasa disebut dengan lelang jabatan. Saat penyelenggaraan tes online uji kompetensi bidang, Sabtu (27/4/2013), ia tak mengikuti ujian tersebut.

Mulyadi tidak menyetujui penerapan program seleksi terbuka camat dan lurah yang dituangkan dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 19 Tahun 2013. Mulyadi juga berencana mengajukan uji materi ke Mahkamah Agung karena menurutnya ada kebijakan tentang lelang jabatan itu yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan. Menurut Mulyadi, ada 80 peserta uji kompetensi dari staf lurah sampai camat yang tidak ikut ujian tersebut pada Sabtu dan Minggu kemarin. Ia pun sudah berkoordinasi untuk menolak proses uji kompetensi tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com