Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemekaran Urung, Warga Mengamuk

Kompas.com - 01/05/2013, 03:48 WIB

LUBUK LINGGAU, KOMPAS - Desa Muara Rupit, Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, yang mencekam pada Selasa (30/4) malam berangsur-angsur pulih. Sebelumnya terjadi bentrokan warga dengan polisi yang dipicu ketidakpuasan warga karena pemekaran ditolak.

Akibatnya, empat warga—Rinto Arianto (17), Suharto bin Sukri (17), dan Mitson (50) dari Desa Muara Rupit serta Fadillah (45) dari Desa Pantai Kertasari—tewas. Sementara sembilan warga terluka. Dari pihak kepolisian, sekitar 10 polisi terluka, empat di antaranya kritis.

Dua kantor kepolisian sektor (polsek) di Muara Rupit dan Karang Dapo, berikut sejumlah kendaraan, juga dibakar massa pada Senin malam dan Selasa pagi. Warga juga memblokade jalan lintas timur Sumatera di Kilometer 72 dan sejumlah akses ke desa, hingga Selasa malam. Lalu lintas mulai dari Lubuk Linggau ke arah Jambi pun sempat lumpuh.

Bentrokan warga dengan polisi yang diwarnai tembakan itu menyulut amuk massa yang meluas ke beberapa kecamatan lain. Peristiwa itu juga membuat kontributor Kompas TV dari Jambi, Dedi Jumaidi, dan Global TV Jambi, Zainal Abidin, dirampok saat meliput di sekitar hutan karet di Desa Noman, Kecamatan Rupit. Zainal terluka di bagian tangan karena bacokan kapak kecil. Mereka tersesat di hutan karet setelah sepeda motor dan kamera mereka dirampok. Namun, setelah ditolong warga, kini mereka sudah berada di rumah kepala desa.

Warga menuding polisi menembak dengan peluru tajam. Warga Rupit, Saiful (38), mengatakan, saat kejadian, sekitar 100 warga yang berunjuk rasa tengah bernegosiasi dengan polisi untuk pembubaran aksi. ”Tiba-tiba ada pasukan baru datang dan mereka langsung menembak. Padahal, kami tak bersenjata, aksi kami aksi damai,” katanya.

Namun, Kepala Bidang Humas Polda Sumsel Ajun Komisaris Besar Djarod Padakova menepis tudingan itu. ”Penembakan polisi sesuai dengan tahapan pembubaran massa. Sebelumnya polisi telah mengimbau dan memberi tembakan peringatan. Warga melawan dengan melempar batu ke arah polisi dan mengancam. Kami juga dengar bunyi senapan rakitan, jadi tembakan dilepaskan,” katanya.

Unjuk rasa sebelumnya dipimpin Syarkowi, anggota DPRD Sumatera Selatan periode 2004- 2009, yang kini aktif di Presidium Muratara. Namun, kini Syarkowi tak bisa ditemukan. Ada yang menduga Syarkowi sudah ditangkap. Selain itu, ada juga yang menyebut Syarkowi menyembunyikan diri.

Awalnya damai

Aksi menuntut pemekaran itu dimulai sejak Senin pagi dengan peserta sekitar 100 orang. Aksi dilakukan dengan mendirikan tenda dan menggelar kesenian daerah. Mereka memblokade jalan yang mengakibatkan kemacetan ke arah Lubuk Linggau, ke Bengkulu dan Jambi.

Menurut Ketua Presidium Muratara Ibrahim, unjuk rasa warga dipicu ketidakpuasan atas kegagalan terbentuknya Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) yang digagas sejak 2007. Padahal, Kabupaten Tali, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Muara Enim, disetujui sebagai daerah baru.

Keinginan pemekaran itu didukung tujuh kecamatan yang ingin melepaskan diri dari Kabupaten Musi Rawas. ”Massa pendukung Muratara berprinsip, Muratara harga mati,” ujarnya.

Menurut Ibrahim, keinginan masyarakat sudah memuncak untuk memekarkan diri. Alasannya, warga tak puas dengan kepemimpinan Bupati Musi Rawas Ridwan Mukti yang dinilai lambat membangun wilayah Muratara dengan baik. ”Sebab itu, kami ingin sejahtera dengan mengelola sumber daya alamnya sendiri,” ujarnya.

Ibrahim mengaku, Muratara memiliki potensi alam seperti batubara dan minyak bumi yang belum dikelola. ”Jadi, kami yakin bisa menyejahterakan kabupaten baru kami,” katanya.

Menyusul bentrokan tersebut, tak satu pun aparat kepolisian terlihat di kawasan Rupit hingga perbatasan Bengkulu dan Jambi.

Kepala Polda Sumsel Irjen Saud Usman Nasution terlihat hanya sampai di Kota Lubuk Linggau, ibu kota Kabupaten Musi Rawas. Kehadiran petinggi Polda Sumsel di lokasi dikhawatirkan memicu kemarahan warga. Yang ada justru puluhan anggota TNI. Mereka berjaga-jaga di Karya Jaya, yang jaraknya sekitar 30 kilometer dari Desa Muara Rupit.

Janji Alex Noerdin

Namun, Gubernur Sumsel Alex Noerdin dan Panglima Kodam II/Sriwijaya Mayjen Nugroho Widyotomo masuk ke lokasi, Selasa petang. Mereka menjanjikan untuk memfasilitasi pembentukan Muratara. Seusai kedatangan Gubernur, blokade jalan dibuka. Truk-truk pengangkut barang yang sempat tertahan langsung memadati jalan. Ini merupakan hasil kesepakatan Gubernur dengan sejumlah warga setelah Gubernur menjanjikan akan menyelesaikan masalah tersebut pada 15 Mei mendatang. Selain itu, Gubernur juga berjanji akan senantiasa maksimal memperhatikan Muratara.

Alex mengatakan, tinggal satu masalah yang masih mengganjal untuk pembentukan Muratara, yaitu batas Musi Rawas dengan Provinsi Jambi. Namun, pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini sudah direncanakan dengan Pemerintah Provinsi Jambi pada Jumat (3/5) mendatang.

”Ini sudah difinalisasi dan akan langsung ke Kementerian Dalam Negeri dan DPR Komisi II,” ujarnya.

Di Jakarta, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Suardi Alius memberikan keterangan pers. Selain memaparkan kronologi kejadian, ia juga bertekad menuntaskan kasus tersebut.

Direktur Advokasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Bahrain mengatakan, polisi tidak boleh serta-merta melakukan tindakan represif kepada masyarakat, khususnya penembakan. Seharusnya, pihak kepolisian mengedepankan komunikasi kepada masyarakat untuk menghindari konflik warga dan pihak kepolisian. (IRE/ITA/K04/K13)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com