Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LKP: Inilah Sebab Parpol Islam Terseok

Kompas.com - 28/04/2013, 16:27 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Survei Lembaga Klimatologi Politik (LKP) menunjukkan elektabilitas partai-partai Islam melorot dan tak mampu masuk lima besar teratas. Anjloknya elektabilitas partai-partai Islam dilatarbelakangi tidak adanya figur yang melakukan dobrakan seperti ketokohan Gus Dur dan Amien Rais yang mampu mengangkat partai Islam.

"Selepas meninggalnya Gus Dur dan hilangnya Amien Rais dari peredaran politik nasional, partai Islam dan tokoh-tokohnya praktis tidak lagi diperhitungkan publik," ujar Chief Executive Officer LKP Usman Rachman dalam jumpa pers di Hotel Grand Menteng, Minggu (28/4/2013).

Dalam survei LKP kali ini, lima partai berbasis massa umat Islam seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Bulan Bintang (PBB) masih menghuni papan bawah peringkat elektabilitas parpol.

PKS yang menargetkan posisi tiga besar pada Pemilu 2014 masih terseok di posisi ketujuh dengan perolehan 5,1 persen suara responden. Setelah PKS, kemudian diikuti partai Islam lainnya secara berturut-turut yakni PAN (4,6 persen), PKB (4,4 persen), PPP (3,9 persen), dan PBB (0,9 persen).

Menurut Usman, banyak faktor yang membuat partai Islam kurang diminati. Salah satunya adalah krisis kepemimpinan yang terjadi di tubuh partai-partai tersebut. "Para ketua umum partai Islam sekarang ini kapasitasnya baru pada level manajerial, belum sampai menjadi solidarity maker bagi umat Islam. Mereka tak miliki kapasitas sebagai vote getter," tutur Usman.

Tidak adanya sosok yang bisa menjadi vote getter, ungkap Usman, juga menjadi dasar banyaknya artis-artis yang maju sebagai caleg dari partai Islam. Mereka diharapkan bisa mendulang suara pada Pemilu 2014 mendatang nanti.

"Selain itu pimpinan parpol Islam sekarang tidak ada yang seperti Gus Dur dan Amien Rais yang berani ada di luar pemerintah. Sekarang cenderung partai Islam ini yang berusaha mengamankan posisinya masing-masing," katanya.

Usman mengatakan, partai Islam saat ini juga masih bersifat eksklusif di mana setiap partai hanya terkotak pada basis massa tertentu seperti PKB yang dilatarbelakangi Nahdlatul Ulama (NU), PAN yang disokong Muhammadiyah, dan PKS yang didukung Ikhawanul Muslimin.

"Meski di luar bicara terbuka, tapi tetap saja prakteknya mereka terkoyak-kotak seperti itu," kata Usman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

    Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

    Nasional
    Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

    Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

    Nasional
    Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

    Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

    Nasional
    Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

    Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

    Nasional
    5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

    5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

    Nasional
    Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

    Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

    Nasional
    Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

    Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

    Nasional
    PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

    PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

    Nasional
    Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

    Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

    Nasional
    DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

    DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

    Nasional
    Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

    Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

    Nasional
    Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

    Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

    Nasional
    Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

    Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

    Nasional
    Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

    Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

    Nasional
    Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

    Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com