JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah daerah pemilihan dalam Pemilihan Umum 2014 menjadi medan pertarungan beberapa tokoh nasional dan partai politik ternama. Persaingan ketat antarcalon legislatif, baik itu dalam internal parpol maupun parpol lain, dalam satu dapil itu dikhawatirkan dapat memicu persaingan tidak sehat.
Dari data daftar bakal caleg yang dipublikasikan oleh Komisi Pemilihan Umum di situs www.kpu.go.id kemarin, sejumlah dapil yang tercatat sebagai dapil "neraka" itu antara lain DKI Jakarta III, yang mencakup Jakarta Barat, Jakarta Utara ,dan Kepulauan Seribu, serta Sumatera Utara I, yang meliputi Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, dan Kota Tebing Tinggi.
Di Dapil DKI Jakarta III, ada delapan partai yang menempatkan kader potensial. Partai Demokrat mengajukan Marzuki Alie, Andi Nurpati, dan Farhat Abbas; PDI Perjunagan mencalonkan Effendi Simbolon dan Richard Sam Bera; dan PKS mengusung Adang Daradjatun. Di dapil yang sama, PPP mencalonkan Achmad Dimyati Natakusumah dan aktor Nashrullah atau Mat Solar. Hanura mengajukan David Chalik, PAN menjagokan Jeremy Thomas dan Ida Daniar Royani; Partai Nasdem mengajukan Jane Shalimar; dan Partai Golkar memilih Tantowi Yahya.
Adapun di Dapil Sumut I, ada dua partai yang menempatkan kader potensialnya, yaitu Partai Demokrat yang mengajukan Ruhut Sitompul, Sutan Bathoegana, dan Ramadhan Pohan serta PKS yang mencalonkan Tifatul Sembiring.
Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, mengatakan, banyaknya tokoh nasional yang bertarung di dalam satu dapil memungkinkan timbulnya persaingan ketat. Hal itu diakibatkan karena adanya pertarungan gengsi dan reputasi yang dipertaruhkan di sana, baik dalam hal figur caleg itu sendiri maupun parpolnya.
"Ada dapil-dapil yang sangat kompetitif, terutama dapil-dapil yang diisi oleh tokoh-tokoh nasional. Penempatan caleg pada dapil itu pun tidak sembarangan karena persoalan kalkulasi perolehan suara dan kursi di sana," kata Ari saat dihubungi Kompas.com, Kamis (25/4/2013).
Ia menyebutkan, karena ketatnya persaingan untuk mendulang suara yang ada, tidak heran jika nantinya di dapil "neraka" itu akan terjadi persaingan tidak sehat. "Yang harus diwaspadai di sini adalah timbulnya politik uang dan black campaign antarcaleg," ujarnya.
Untuk itu, ia meminta agar masyarakat cermat dalam memilih caleg yang akan menjadi wakilnya di kursi parlemen. Ia berpendapat bahwa caleg yang mampu memobilisasi pemilih dalam jumlah besar belum tentu dapat menjadi wakil yang baik di kursi parlemen.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.