jakarta, kompas -
Loyalis Anas, seperti Saan Mustopa, Michael Wattimena, Umar Arsal, tetap masuk dalam jajaran DPP. Namun, dua nama lain, seperti Gede Pasek Suardika dan Mirwan Amir, tak masuk dalam struktur DPP.
Saan tetap menjabat Wakil Sekretaris Jenderal, Michael menjadi Ketua Departemen Perhubungan, dan Umar sebagai Ketua Divisi Tanggap Darurat. Restrukturisasi di DPP juga mengurangi jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jika sebelumnya SBY menjabat sebagai ketua umum, ketua majelis tinggi, ketua dewan pembina, dan ketua dewan kehormatan, kini hanya ketua umum dan ketua majelis tinggi.
Menurut Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Jero Wacik, di Jakarta, Minggu (21/4), pengurangan jabatan itu dikehendaki SBY. Dalam struktur baru, wakil ketua umum ada Jhonny Allen Marbun dan Max Sopacua, serta tiga nama baru, yaitu Nurhayati Ali Assegaf, Soekarwo, dan Agus Hermanto.
Jero mengatakan, tidak masuknya Pasek dalam DPP karena yang bersangkutan hendak maju menjadi calon anggota Dewan Perwakilan Daerah. Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua sempat mengatakan, tidak masuknya Mirwan kemungkinan karena dia tidak bersedia lagi menjadi pengurus DPP. Mirwan yang dihubungi terpisah mengatakan, ia mungkin tak diperlukan lagi. ”Karena sudah banyak orang hebat,” kata Mirwan.
Peneliti Centre for Strategic and International Studies, Philips J Vermonte, mengungkapkan, diakomodasinya loyalis Anas menunjukkan SBY tengah mengisolasi efek keluarnya Anas. Struktur DPP menggambarkan
”Pada akhirnya semua bertindak rasional. Pihak SBY sadar mereka perlu orang-orang yang dekat dengan Anas dengan pertimbangan akses institusional, bisa ke HMI atau jaringan NU. Sementara politisi pendukung Anas juga memerlukan SBY untuk
”Dengan diakomodasinya kubu Anas, juga memperlihatkan ada problem kaderisasi sehingga sulit menemukan kader lain mengganti orang-orang Anas,” katanya.