Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/04/2013, 19:27 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bendahara Umum Partai Keadilan Sejahtera Mahfudz Abdurrahman mengaku diajukan sejumlah pertanyaan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, di antaranya mengenai kepemilikan sejumlah mobil. Mahfudz mengaku diminta memisahkan mobil milik partai dengan milik mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq.

Hal ini disampaikan Mahfudz seusai diperiksa KPK selama hampir tujuh jam sebagai saksi terkait penyidikan kasus dugaan korupsi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) kepengurusan rekomendasi kuota impor daging sapi, Rabu (17/4/2013). Dia diperiksa sebagai saksi untuk Luthfi yang menjadi salah satu tersangka kasus itu. “Tentang kepemilikan mobil, mana yang punya partai, dan mana punya beliau (Luthfi),” kata Mahfudz.

Dari sejumlah mobil yang dikonfirmasikan penyidik kepadanya, Mahfudz membenarkan kalau PKS memiliki Volkswagen Caravelle. Harga mobil jenis ini, ada yang mencapai Rp 1 miliar. “Ada mobil organik yang milik partai, yang Caravelle itu milik partai. Kalau yang lain itu milik LHI (Luthfi Hasan Ishaaq),” ucap Mahfudz. Sayangnya dia tidak mengungkapkan mobil apa saja yang dimiliki Luthfi pribadi.

Selama pemeriksaan tersebut, Mahfudz juga mengaku ditanya mengenai ada tidaknya aliran dana ke PKS dari Luthfi atau orang dekatnya, Ahmad Fathanah. Atas pertanyaan ini, Mahfudz membantah adanya aliran dana ke kas partai maupun ke dirinya “Saya ditanya apakah ada aliran dana dari beliau (Luthfi) atau AF (Ahmad Fathanah) ke saya pribadi atau partai, saya katakan tidak ada sama sekali,” kata Mahfudz.

Dalam kasus kepengurusan rekomendasi kuota impor daging sapi, KPK menduga Luthfi bersama-sama Fathanah menerima hadiah atau janji dari dua direktur PT Indoguna Utama, yakni Juard Effendi dan Arya Abdi Effendi. Dua direktur ini pun ditetapkan KPK sebagai tersangka.

Diduga, commitment fee yang disepakati untuk kepengurusan rekomendasi kuota impor daging sapi ini mencapai miliaran rupiah. KPK menduga Luthfi “menjual” pengaruhnya untuk mengintervensi pihak Kementan. Meskipun bukan anggota Komisi IV DPR yang bermitra dengan Kementan, posisi Luthfi sebagai Presiden PKS tentunya memiliki pengaruh besar jika dikaitkan dengan Mentan Suswono yang juga petinggi PKS.

Dalam pengambangannya, KPK menetapkan Luthfi dan Fathanah sebagai tersangka TPPU. Mereka diduga menyembunyikan hasil tindak pidana korupsi dengan membeli sejumlah aset. Sejauh ini, KPK belum menyita aset Luthfi.

Lembaga antikorupsi itu baru menyita empat mobil mewah Fathanah. Namun, Juru Bicara KPK Johan Budi beberapa waktu lalu mengungkapkan, KPK telah mengidentifikasi aset yang diduga hasil pencucian uang Luthfi.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    28th

    Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

    Syarat & Ketentuan
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
    Laporkan Komentar
    Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

    Terkini Lainnya

    Tak Ambil Pusing Kaesang Gabung PSI, Politikus PDI-P: Kita Sibuk Mikir Menangin Ganjar

    Tak Ambil Pusing Kaesang Gabung PSI, Politikus PDI-P: Kita Sibuk Mikir Menangin Ganjar

    Nasional
    Hubungan Mega-Jokowi Disorot usai Kaesang Gabung PSI, Politikus PDI-P: Orang Bebas Berimajinasi

    Hubungan Mega-Jokowi Disorot usai Kaesang Gabung PSI, Politikus PDI-P: Orang Bebas Berimajinasi

    Nasional
    Politikus PDI-P Yakin Jokowi Tak Akan Dipanggil karena Kaesang Masuk PSI

    Politikus PDI-P Yakin Jokowi Tak Akan Dipanggil karena Kaesang Masuk PSI

    Nasional
    PolitiSI PDI-P: Kita Enggak Bisa Melarang-larang Kaesang Masuk PSI

    PolitiSI PDI-P: Kita Enggak Bisa Melarang-larang Kaesang Masuk PSI

    Nasional
    Kaesang Masuk PSI, Cak Imin: 'Welcome To The Jungle'...

    Kaesang Masuk PSI, Cak Imin: "Welcome To The Jungle"...

    Nasional
    Jokowi Akui Perdagangan di Beberapa Pasar Mulai Anjlok karena TikTok Shop

    Jokowi Akui Perdagangan di Beberapa Pasar Mulai Anjlok karena TikTok Shop

    Nasional
    Kadin Indonesia Serahkan Peta Jalan Indonesia Emas 2045 ke Presiden Joko Widodo di IKN

    Kadin Indonesia Serahkan Peta Jalan Indonesia Emas 2045 ke Presiden Joko Widodo di IKN

    Nasional
    Cak Imin: Rakyat Apatis Nyoblos di Pilkada gara-gara Politik Uang

    Cak Imin: Rakyat Apatis Nyoblos di Pilkada gara-gara Politik Uang

    Nasional
    Muhaimin: Gara-gara PMII, Jadi Wapres Saya Siap...Jadi Presiden Pun Siap

    Muhaimin: Gara-gara PMII, Jadi Wapres Saya Siap...Jadi Presiden Pun Siap

    Nasional
    Cak Imin Seleksi Perwakilannya untuk Masuk ke Baja Amin

    Cak Imin Seleksi Perwakilannya untuk Masuk ke Baja Amin

    Nasional
    Rekam Jejak Kaesang Pangarep, dari Pengusaha Kini Jadi Kader PSI

    Rekam Jejak Kaesang Pangarep, dari Pengusaha Kini Jadi Kader PSI

    Nasional
    Bersama Anies, Muhaimin Yakin Menangkan Pilpres 2024 Jika Bertarung dengan Ganjar-Prabowo

    Bersama Anies, Muhaimin Yakin Menangkan Pilpres 2024 Jika Bertarung dengan Ganjar-Prabowo

    Nasional
    Kaesang Pengarep Jadi Kader PSI, Masih Anggota Biasa

    Kaesang Pengarep Jadi Kader PSI, Masih Anggota Biasa

    Nasional
    Cak Imin Paparkan 3 Hal untuk Sempurnakan Demokrasi di Indonesia

    Cak Imin Paparkan 3 Hal untuk Sempurnakan Demokrasi di Indonesia

    Nasional
    Cerita Muhaimin Bersatu dengan Anies di Pilpres 2024: Berliku, Ada Campur Tangan Tuhan

    Cerita Muhaimin Bersatu dengan Anies di Pilpres 2024: Berliku, Ada Campur Tangan Tuhan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Verifikasi akun KG Media ID
    Verifikasi akun KG Media ID

    Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

    Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com