Jakarta, Kompas -
”Bukalah mekanismenya, tentu dengan versi Indonesia. Tidak harus sama dengan versi Amerika Serikat. Ketika hal itu dibuka, kita akan melihat adanya kandidat-kandidat alternatif,” kata Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yuda AR seusai konferensi pers ”Riset Pemantauan Media: Analisis Pemberitaan Seputar Calon Presiden dan Partai Politik” di Jakarta, Minggu (14/4).
Hanta mengatakan, hasil riset pemberitaan media selama Februari-Maret 2013 menunjukkan, fenomena nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo—dikenal dengan sebutan Jokowi—semakin naik daun sebagai capres alternatif tahun 2014-2019. Namun, peluang Jokowi sangat tergantung kepada Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Berdasarkan hasil riset Pol-Tracking Institute terkait pemberitaan capres di media pada Februari-Maret 2013, Jokowi mencapai 26 persen, disusul Prabowo Subianto (17 persen) dan Aburizal Bakrie (16 persen).
Direktur Riset Pol-Tracking Arya Budi mengatakan, ”Kami melihat berita terkait capres selama periode riset ini masih kalah jauh dibandingkan dengan pemberitaan parpol. Artinya, sesungguhnya juga belum ada capres yang kuat di mata media dalam dua bulan terakhir, sekalipun ada parpol yang mendeklarasikan diri telah memiliki capres tahun 2014.”
Berdasarkan hasil riset Pol-Tracking Institute pada periode yang sama, partai yang paling banyak diliput adalah Partai Demokrat (59,4 persen), disusul Partai Keadilan Sejahtera (15,9 persen) dan Partai Hanura (4,8 persen) dari total 5.850 berita.
Hanta berharap konvensi yang paling tidak diusung tiga parpol besar tersebut berisi ide-ide segar. Kemudian, prosesnya diserahkan kepada pemerintah daerah. Prosesnya membutuhkan inovasi dan kreasi dari parpol agar pemerintahan menjadi berkualitas.
Sebelumnya, Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Marzuki Alie mengatakan, partainya akan menggelar konvensi sebagai wadah bagi anak bangsa yang mempunyai keinginan menjadi pemimpin.