Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapakah yang Pantas Disebut Preman?

Kompas.com - 10/04/2013, 14:28 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tak semua pelaku kejahatan dapat diberi cap preman. Label preman harus dilihat dari perilaku sosial seseorang atau kelompok. Penjahat ataupun pembunuh, belum tentu pelakunya dapat dikatakan preman atau melakukan aksi premanisme.

"Premanisme itu perilaku yang memaksakan kehendak, yang melakukannya bisa siapa saja, dari birokrat sampai eksekutif," ujar kriminolog dari Universitas Padjadjaran, Yesmil Anwar, saat dihubungi, Rabu (10/4/2013).

Dia mengatakan, pelaku dan perbuatan seseorang harus didefinisikan dengan baik untuk mendapat label preman atau disebut melakukan tindakan premanisme. Arti premanisme merujuk pada kegiatan sekelompok orang yang mendapatkan penghasilan dengan melakukan pemerasan terhadap masyarakat. Dalam terminologi hukum pidana juga belum diatur jelas mengenai hal tersebut.

Kasus premanisme di Indonesia sendiri, lanjut Yesmil, mengalami perkembangan. "Sekarang pengertiannya neo-premanisme, itu bersentuhan dengan kekuasaan. Kalau dulu kan hanya masalah ekonomi, sekarang ini preman politik, preman hukum," ujarnya.

Salah satu contohnya adalah label preman yang kini melekat pada pembunuh anggota Kopassus Serka Heru Santoso. Keempat tersangka pembunuhan itu lantas langsung diberi cap preman, meskipun kepolisian belum menjelaskan secara detail peran mereka masing-masing dalam insiden di Hugo's Cafe, Yogyakarta.

Sebelum duduk di kursi persidangan, keempatnya ditembak mati kelompok bersenjata yang merupakan anggota Kopassus di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, DIY, pada 23 Maret 2013. Kemudian, ada yang menilai, ke-11 anggota Kopassus yang diduga terlibat itu sebagai kesatria karena membunuh keempat tersangka yang disebut preman.

Tindakan main hakim itu diapresiasi sebagian publik. Menurut Yesmil, secara sosiologis masyarakat kemudian memberi label preman, meski keempatnya belum dipastikan preman.

"Harus dilihat secara terminologinya supaya kita tidak terjebak pada labeling kelompok tertentu yang menyebut preman," tandas Yesmil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com