DENPASAR.KOMPAS.com- Wacana Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, terus menguat. Namun, wacana 'pembentukan' Ketua Harian sebagai syarat atau konsekuensi dari wacana tersebut, masih menjadi perdebatan di kalangan internal partai.
"Kalau saya sih lebih baik Wakil Ketum dimaksimalkan, Ketua Harian tidak (perlu)," kata Ketua DPP Demokrat, I Gede Pasek Suardika, di sela persiapan Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat, Jumat (29/3/2013). Menurut dia sudah cukup dengan keberadaan posisi Wakil Ketua Umum, daripada menghadirkan 'matahari' baru di posisi Ketua Harian.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jawa Tengah Sukawi Sutarip mengatakan dalam pertemuan di Cikeas pada 24 Maret 2013 SBY sempat merenung 10 menit sebelum menyatakan akan mempertimbangkan desakan menjadi Ketua Umum. Kesediaan SBY mempertimbangkan desakan itu baru muncul, setelah para pengurus daerah mengusulkan solusi 'Ketua Harian'.
Karena, ujar Sukawi, SBY sebelumnya menegaskan tugas negara sebagai Presiden tidak dapat diganggu gugat. Juga, SBY pun disebut sempat menyatakan tak mau disibukkan oleh jabatan Ketua Umum ini.
Pasek berpendapat dalam organisasi ada tiga fungsi yang harus dijalankan dengan baik, yakni strategi, taktik, dan teknis. "Kalau fungsi strategis ini Ketum. Taktis Wakil Ketum, Direktur Eksekutif kebijakan teknis, sehingga tiga fungsi ini berjalan dgn baik," jelasnya. Untuk meminimalisasi faksi, lanjut dia, kader yang menempati kursi Wakil Ketua Umum dan Direktur Eksekutif sebaiknya ditunjuk langsung oleh Ketua Umum.
Partai Demokrat menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) pada 30-31 Maret 2013. KLB dilakukan untuk memilih Ketua Umum baru menggantikan Anas Urbaningrum. Saat ini, sejumlah kader internal namanya mulai disebut-sebut masuk dalam bursa calon Ketum yakni Saan Mustopa, Tri Dianto, Marzuki Alie, Hadi Utomo, hingga Syarief Hasan.
Namun, setelah pertemuan di Cikeas pada pekan lalu, dukungan justru menguat ke arah keluarga Cikeas terutama SBY dan dua anggota keluarganya, Ani Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). Hingga kini, SBY belum memberikan pernyataan resminya.
Berita terkait dapat dibaca dalam topik: KLB Demokrat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.