Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Daerah Istimewa Yogyakarta Budiharso mengatakan, Yogyakarta ditengarai jadi salah satu pintu gerbang peredaran jaringan narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) internasional. Pada 2010-
”Beberapa kali, kasus penyelundupan narkoba dari luar negeri terjadi bersamaan dengan kota-kota lain. Desember lalu, penangkapan kurir bersamaan dengan penangkapan kurir di daerah lainnya seperti Lombok, Semarang, dan Medan,” ujarnya, baru-baru ini.
Dari delapan kali penyelundupan yang digagalkan, Kepolisian Daerah DIY bersama
Menurut Budiharso, sebagian besar penyelundupan menggunakan modus sama. ”Para kurir penyelundup narkoba biasanya menggunakan maskapai penerbangan AirAsia. Mereka menaruh narkoba di lipatan tas atau ditelan. Kasus terakhir, narkoba disimpan di tabung monitor televisi,” ucapnya.
Direktur Narkoba Polda DIY Komisaris Besar Wijanarko mengatakan, sebagian besar penyelundup narkoba yang digagalkan berasal dari Malaysia. ”Lemahnya sistem pengawasan dan keamanan di Malaysia menjadi kesempatan bagi para bandar dan kurir menyelundupkan narkoba ke Indonesia,” katanya.
Maraknya narkoba dari Malaysia yang masuk ke Surabaya, Jawa Timur, juga tak lepas karena Indonesia merupakan pasar yang menggiurkan. Pengedar semakin leluasa beroperasi karena minimnya alat deteksi dan lemahnya penegakan hukum.
”Dahulu, Indonesia hanya lokasi transit, tetapi sejak lima tahun terakhir justru jadi pasar empuk pengedar narkoba,” kata Kepala Bidang Pencegahan
Selama ini, narkoba yang dibawa, termasuk Malaysia, kerap tertangkap ketika masuk atau keluar bandara akibat keberadaan detektor narkotika. Namun, alat deteksi ini belum ada di lokasi lainnya, seperti Pelabuhan Tanjung Perak.