Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Francois Hollande, Orang Terpopuler di Mali

Kompas.com - 26/03/2013, 13:21 WIB

BAMAKO, KOMPAS.com — Siapa orang paling populer di Mali? Bukan Barack Obama, bukan Lionel Messi atau pesepak bola negeri itu, Seydou Keita, yang pernah merumput di Barcelona.

Ternyata orang paling populer di Mali saat ini adalah Presiden Perancis Francois Hollande. Bahkan, di sebuah lapak di pasar utama ibu kota Bamako, stiker Lionel Messi, Madonna, bahkan Osama bin Laden kini tergeser stiker Presiden Hollande.

Di lapak lain, penjual menawarkan bendera tiga warna Perancis dan berbagai kaus dengan slogan pro-Perancis tercetak di bagian depannya.

Meningkatnya popularitas Hollande dan Perancis di Mali tak lain disebabkan keberhasilan militer Perancis mengusir pemberontak Islam dari wilayah utara negeri itu. Ini adalah kali pertama Mali mengelu-elukan bekas penjajahnya itu dengan luar biasa.

"Kesuksesan Madonna sudah pudar, kini masanya Francois Hollande," kata Ousmane Traore, seorang pedagang stiker di pasar Bamako.

"Saat seseorang sukses, stiker mereka terjual dengan baik. Yang paling laris sekarang adalah Hollande dan Sanogo," tambah Traore, merujuk kepada pemimpin Mali, Amadou Sanogo, yang melakukan kudeta setahun lalu.

Seorang pedagang lain mengatakan, semua stiker bergambar Presiden Francois Hollande terjual habis. Kini wajah pemimpin Perancis itu dengan mudah terlihat melekat di sepeda motor atau mobil di seluruh Bamako. Sebuah kondisi unik yang muncul 53 tahun setelah Mali merdeka.

Tak hanya di Bamako, di wilayah utara, tepatnya di kota Gao, bendera Perancis dapat dengan mudah ditemukan di berbagai penjuru. Selain itu, banyak juga terlihat warga mengenakan kaus bertuliskan "Terima kasih Perancis untuk bantuan dan komitmennya."

Kondisi disanjungnya Perancis di Mali membuat sejumlah orang tak habis pikir.

"Saya tak pernah membayangkan orang Mali memberi bendera Perancis," kata seorang kolumnis harian Progress, Souleymane Drabo.

"Sentimen anti-Perancis sangat kuat di Mali setelah kemerdekaan, dan dalam beberapa tahun sesudahnya, nasionalisme sangat tinggi," tambah Drabo.

Sebelum intervensi, kata Drabo, kecurigaan dan rasa kurang percaya kepada Perancis adalah sesuatu yang lumrah.

"Namun, semuanya berbalik setelah intervensi itu berhasil," ujarnya.

"Orang-orang tua yang menjadi saksi masa-masa perjuangan kemerdekaan akan merasa frustrasi karena kini mereka harus berterima kasih kepada mantan penjajah," ujar Drabo.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com