JAKARTA, KOMPAS -
”Partai Demokrat secara tegas menolak apabila isu ini diarahkan untuk penggulingan pemerintahan yang sah dan dipilih secara demokratis. Isu kudeta dengan cara-cara yang tidak konstitusional tidaklah beralasan,” ujar Edhie Baskoro Yudhoyono, yang biasa dipanggil Ibas, dalam jumpa pers di kantor DPP Demokrat, Jakarta, Kamis (21/3).
Menurut Ibas, Demokrat mengharapkan demonstrasi yang direncanakan pada 25 Maret dilakukan dengan aman dan tertib, tanpa tindakan kekerasan. Demokrat menghargai aspirasi itu. Hal itu dapat diungkapkan secara terbuka, terlebih berdasarkan itikad baik dan solusi konstruktif pada permasalahan bangsa.
Pramono Edhie mengemukakan, kudeta tidak akan memberikan hasil baik untuk negara.
”Saya selalu sampaikan kepada para yunior saya, jangan pernah kepikiran untuk melakukan kudeta. Demikian juga kepada rakyat sipil, jangan pernah berencana kudeta. Bagi saya, kudeta tidak akan memberikan hasil yang baik untuk negara,” ujarnya.
Pramono menegaskan, isu kudeta tidak akan melibatkan pihak bersenjata, terutama dari TNI AD. Adik Ny Ani Yudhoyono ini heran dan mengaku tidak tahu asal isu kudeta berembus.
Peneliti senior Soegeng Sarjadi Syndicate, Sukardi Rinakit, mengatakan, Presiden Yudhoyono terlalu ketakutan soal rencana unjuk rasa pada 25 Maret, karena yang akan terjadi hanya demo buruh.
”Pertemuan SBY dengan Prabowo Subianto dan tujuh pensiunan jenderal itu refleksi SBY ketakutan, dan mengundang mereka supaya ada kesan bahwa militer di belakang SBY, membangun kesan ia mendapat dukungan para pensiunan jenderal,” kata Sukardi.
Sukardi menambahkan, kondisi obyektif saat ini tidak mencukupi untuk kudeta. Hanya tentara yang bisa melakukan kudeta, dan sejarah militer Indonesia tidak ada sejarah kudeta.
Menurut dia, kondisi ekonomi dan sosial Indonesia tidak mengkhawatirkan. Ekonomi tumbuh dan kelas menengah meningkat. Tidak ada prakondisi dan pemicu kudeta. Ia menyarankan, SBY bekerja saja hingga masa baktinya habis.