Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Mesti Kendalikan Utang Swasta

Kompas.com - 22/03/2013, 02:23 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah diimbau mengendalikan jumlah dan jangka waktu pembayaran atau tenor utang luar negeri swasta secara saksama. Hal itu menjadi bagian integral mengurangi dampak terjadinya defisit neraca transaksi berjalan dan defisit fiskal atau defisit kembar yang bisa melemahkan perekonomian nasional.

Pandangan itu disampaikan lembaga riset ekonomi EC-Think Indonesia dalam diskusi dengan bahasan khusus perihal bahaya defisit ganda, di Jakarta, Kamis (21/3). Tampil sebagai pembicara Chairperson EC-Think Aviliani dan Chief Executive Officer EC-Think Iman Sugema.

”Pemerintah dapat mengimbau swasta untuk meminjam utang baru dalam jangka panjang, dan membayar utang jangka pendeknya. Tenornya bisa minta diperpanjang,” kata Aviliani.

Aviliani menegaskan, pengalihan utang jangka pendek menjadi utang jangka panjang bakal membantu negara memperbaiki neraca pembayaran. Pengendalian beban utang swasta juga menjadi inti dari stabilisasi neraca pembayaran dan sekaligus manajemen nilai tukar.

Pada 2012, baik transaksi berjalan pemerintah maupun swasta mengalami defisit. Kinerja transaksi berjalan pada tahun 2012 mengalami defisit 24,18 miliar dollar AS atau sekitar 2,8 persen dari produk domestik bruto. Ini patut menjadi perhatian karena pada tahun-tahun sebelumnya, transaksi berjalan swasta yang surplus selalu cukup untuk menutupi defisit pemerintah sehingga neracanya bertahan positif.

Iman menyatakan, jumlah utang negara dan swasta hingga akhir 2012 yang relatif berimbang juga patut diperhatikan. Jumlah utang negara mencapai 126 miliar dollar AS dan utang swasta mencapai 125 miliar dollar AS. Dalam satu dasawarsa terakhir, tenor utang swasta semakin pendek.

”Semakin besarnya outstanding yang dibarengi dengan semakin singkatnya tenor menciptakan beban yang semakin besar dalam jangka dekat ini,” kata Iman. Merujuk pada data olahan EC-Think, rata-rata tenor utang swasta pada 2002 masih 4,9 tahun, sementara tahun lalu menjadi 0,8 tahun.

Iman menyatakan, defisit bukanlah pengalaman baru bagi Indonesia dan bahkan sangat umum terjadi di negara-negara di dunia. Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, Indonesia bahkan mengalami defisit neraca transaksi berjalannya selama 16 kali.

Ditegaskan Iman, yang dapat membedakan adalah bagaimana menghadapi dan mengendalikan defisit yang terjadi. Tahun ini pengurangan defisit diperkirakan masih sulit. Bahkan, defisit masih potensial membengkak sejalan dengan beban subsidi tahun ini. Ekspor juga belum potensial menguat karena situasi ekonomi global belum membaik. (BEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com