JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Gerindra membuka peluang menduetkan Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Hal itu dikatakan anggota Dewan Pembina Gerindra Martin Hutabarat merespons hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menilai bahwa Prabowo-Hatta berpeluang untuk diduetkan. Menurut Martin, survei ini menjadi masukan bagi partainya.
"Hubungan pribadi antara Prabowo dan Hatta pun selama ini sangat baik sehingga tidak akan menjadi hambatan apabila keduanya nanti sepakat untuk dipasangkan," ujar Martin, di Jakarta, Senin (18/3/2013).
Namun, Martin mengungkapkan, persoalan saat ini justru terletak pada elektabilitas Partai Gerindra yang belum menyamai elektabilitas Prabowo. "Apabila elektabilitas Gerindra tidak dapat mengejar popularitas Prabowo maka niat untuk menduetkan Prabowo dan Hatta pun akan mengundang ketidakpastian," katanya.
Seperti diberitakan, survei terbaru LSI yang dilakukan pada 1-8 Maret 2013, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menempati peringkat ketiga hasil survei dengan 10,1 persen. Namun, duet keduanya masih kalah populer jika dibandingkan Aburizal Bakrie-Joko Widodo yang menempati urutan teratas (36 persen) dan Megawati-Jusuf Kalla (22,9 persen).
Peneliti LSI Adjie Alfaraby mengungkapkan, komposisi pasangan calon presiden dan wakil presiden itu dibuat dengan merujuk pada dua indikator. Pertama, aturan dalam Undang-Undang Pemilu mengenai syarat minimal dukungan partai atau koalisi partai dalam mengajukan capres dan cawapres. Kedua, realitas perolehan suara partai itu sendiri dalam pemilihan anggota legislatif (pileg).
Dalam Undang-Undang Pemilu nomor 42 tahun 2008, syarat pencapresan yakni partai atau gabungan partai yang memenuhi minimal 25 persen suara sah pemilu atau 20 persen kursi parlemen. Menurut Adjie, jika syarat tersebut tidak berubah maka hanya ada tiga skenario koalisi pencapresan yang akan terjadi pada Pemilu 2014.
"Ada tiga koalisi yakni poros Golkar dan koalisinya, poros PDI-P dengan koalisinya, dan Partai Demokrat dan atau Partai Gerindra dengan koalisinya," kata dia.
Untuk poros Gerindra, LSI menduetkan Prabowo dan Hatta Rajasa yang selama ini diusung PAN menjadi capres. Pilihan terhadap Hatta karena saat ini Prabowo dinilai tengah membangun komunikasi politik dengan Hatta Rajasa.
"Namun, akan realistis jika hasil pemilu, PAN tidak mendapat suara signifikan sehingga pasangan Prabowo-Hatta adalah pasangan yang mungkin muncul di luar kekuatan poros Golkar dan PDI-P. Kedua pasangan ini juga mungkin direstui SBY," kata Adjie.
Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Geliat Politik Jelang 2014