Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wangi Bunga Kampung Panyairan...

Kompas.com - 18/03/2013, 03:20 WIB

Belakangan, warga Desa Cihideung sendiri bukan lagi penikmat dari makin tenarnya wilayah tersebut. Desa seluas 445 hektar kini kian sempit karena terdesak permukiman warga, termasuk perumahan mewah. Restoran ataupun tempat hiburan juga mulai bermunculan di sepanjang jalan.

”Hampir seluruh tanah di sini sudah dimiliki orang luar,” ujar Dedi Junaedi, buruh tani yang ditemui di RW 13.

Dedi ditemui saat sedang melepas mata tunas yang ditempelkan melalu metode okulasi. Tanah seluas 100 meter persegi yang digarapnya itu dipenuhi bungkusan polybag kecil berisi batang tanaman mawar seukuran jari kelingking.

Dahulu Dedi pemilik tanah yang dipakainya saat ini, tetapi kemudian dijual kepada seorang warga Kota Bandung. Kini dia kembali bekerja di sana sebagai buruh untuk menghasilkan mawar potong. Kondisi serupa juga terjadi pada warga Desa Cihideung lainnya, yang semula memiliki tanah lantas menjadi buruh.

”Coba tengok, sudah tidak banyak lagi tanah yang tersisa. Kalau tidak untuk permukiman, jadi restoran,” kata Nandang, petani lainnya.

Warga kini bekerja atau menyewa kepada pemilik tanah untuk dipakai sebagai pembibitan tanah.

Menurut Kepala Urusan Keuangan Desa Cihideung Cicah, penerima bantuan langsung tunai di desa itu mencapai 4.900 keluarga dari keseluruhan 13.978 keluarga. Meski kampung itu dikenal sebagai sentra agrowisata tanaman hias, masih banyak penduduknya tergolong miskin.

Adil menuturkan, konversi lahan ataupun peralihan kepemilikan tanah di Desa Cihideung merupakan imbas dari sohornya daerah ini pada tahun 1990-an. Wisatawan yang datang membeli bunga lantas tertarik dengan panorama dan mulai iseng bertanya mengenai harga tanah.

”Dengan penawaran Rp 100.000 per meter, penduduk sangat tergiur dengan nominal yang besar bagi mereka,” ujar Adil.

Peralihan kepemilikan memang tidak terlalu dirasakan karena pemilik terdahulu masih diperbolehkan menggarap tanah dengan skema kerja sama. Barulah selepas tahun 2000, satu per satu bidang tanah tersebut berubah menjadi fasilitas komersial seperti wahana permainan, perumahan mewah, dan restoran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com