Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibas Sangkal Tuduhan Yulianis

Kompas.com - 17/03/2013, 01:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono membantah tuduhan Yulianis. Anggota staf keuangan Grup Permai tersebut menyebut Edhie Baskoro ikut menerima uang dari proyek Hambalang.

”Saya tidak mengenal Yulianis. Tuduhan tersebut sudah mencemarkan nama saya. Sudah saya katakan sebelumnya, 1.000 persen itu tidak benar,” ujar pria yang akrab disapa Ibas itu melalui siaran pers tertulis, Sabtu (16/3).

Menurut Ibas, tudingan-tudingan kepadanya itu merupakan tuduhan lama yang diulang-ulang dan sumbernya tidak valid. ”Uang Century, uang Hambalang, atau apa pun itu yang berhubungan dengan kasus-kasus yang selama ini beredar, saya sudah berkali-kali menegaskan, hal itu tidak benar. Saya tidak menerima apa pun,” paparnya.

Ia menegaskan, sebagai Ketua Steering Committee (SC) Kongres Partai Demokrat 2010, dirinya tidak menerima dana apa pun.

”Saya Ketua SC Kongres Partai Demokrat di Bandung dan saya tidak menerima uang apa pun. Justru saya ingin tahu siapa yang mengatasnamakan saya bila benar uang itu diatasnamakan saya,” ujarnya.

Berkaitan dengan tuduhan yang terus dialamatkan kepadanya, Ibas curiga ada kepentingan politik di balik semua itu. ”Saya bertanya-tanya, ada kepentingan politik besar apa di balik isu-isu ini yang menginginkan saya masuk ke dalam pusaran,” katanya.

Ibas juga mengisyaratkan tak akan tinggal diam menghadapi pelbagai tudingan itu. ”Saya banyak diam bukan berarti tidak bisa bersuara dan menuntut keadilan atas upaya-upaya yang merusak nama baik saya,” katanya.

Partai Demokrat

Terkait dengan mekanisme pemilihan dan sosok yang akan diusung sebagai ketua umum di Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat pada akhir bulan ini, hal itu menunjukkan Susilo Bambang Yudhoyono tidak lagi menjadi satu-satunya kekuatan di partai tersebut. Ada beberapa faksi di Partai Demokrat yang masing-masing sangat percaya diri dengan kekuatan dan posisi politiknya.

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari, kemarin di Jakarta, mengatakan, kondisi ini terlihat sejak Kongres Partai Demokrat Mei 2010 di Bandung. Saat itu, Anas Urbaningrum memenangi pertarungan menjadi ketua umum.

”Jika saat itu Yudhoyono menjadi kekuatan tunggal, Andi Mallarangeng yang akan menjadi ketua umum karena dia didukung keluarga Cikeas,” kata Qodari.

Saat ini, lanjutnya, fragmentasi semakin terlihat dalam wacana calon ketua umum dan mekanisme pemilihannya di KLB mendatang. Calon yang dimunculkan oleh sebagian kader, seperti Marzuki Alie, Saan Mustopa. Pramono Edhie Wibowo, hingga Ani Yudhoyono, segera ”dicegat” oleh kader Partai Demokrat lainnya dengan sejumlah alasan.

”Kondisi ini juga dipicu oleh wacana pemilihan ketua umum di KLB lewat aklamasi. Sejumlah faksi terlihat keberatan dengan wacana itu. Ide aklamasi juga dapat dilihat sebagai adanya kekhawatiran pihak tertentu bahwa akan kalah jika pemilihan lewat voting,” papar Qodari.

Keadaan ini dapat diatasi, antara lain, dengan memutuskan pemilihan ketua umum dilakukan sesuai dengan mekanisme di AD/ART partai. ”Yudhoyono cukup memberi rambu-rambu dan tidak perlu menjadi bagian dari permainan. Harus disadari, saat ini Partai Demokrat sudah milik banyak orang,” ujar Qodari.

 

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Ramadhan Pohan mengatakan, yang sekarang terjadi di partainya merupakan bagian dari dinamika demokrasi. Karakter khas Partai Demokrat adalah demokratis dan ini tidak masalah. ”Namun, Partai Demokrat tidak perlu jorjoran seperti kongres 2010 di Bandung. Jika nanti (nama-nama calon ketua umum) mengerucut, akan bagus, tinggal musyawarah mufakat saja di ujungnya,” kata Ramadhan. (NWO/K02)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com