Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Mulai Kurang Pangan

Kompas.com - 14/03/2013, 03:43 WIB

Maumere, Kompas - Sekitar 600 pengungsi korban letusan Gunung Rokatenda, yang berada di pusat permukiman warga Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, mulai terancam kelaparan. Pengungsi kekurangan bahan pangan.

Selain itu, warga yang sudah tiga bulan berada di pengungsian juga mulai mengalami krisis air bersih dan obat-obatan. Hanya 142 pengungsi yang tertampung di Posko Transito Sikka yang mendapat perhatian dari pemerintah meski tidak sepenuhnya.

Awalnya, pengungsi masih mendapat bantuan beras dan air bersih dari warga sekitar, tetapi bantuan itu terhenti. Pemerintah Kabupaten Sikka berupaya mengumpulkan pengungsi di Posko Transito, tetapi daya tampungnya terbatas.

Ny Theresia Rodja, pengungsi asal Desa Kesakoja, Pulau Palue, Rabu (13/3), mengatakan, sejak mengungsi pada Desember 2012, dia belum pernah mendapat bantuan dari Pemkab Sikka. Pemkab hanya mengirim staf yang datang untuk mendata pengungsi, tetapi tidak pernah ada realisasi bantuan seperti yang dijanjikan. Ia kini tinggal di Kelurahan Nangameting, Maumere.

”Kami hanya mendapatkan bantuan dari Pastor Vande, berupa singkong, pisang, kelapa kering, jagung, dan ikan kering, yang dikumpulkan dari desa. Kami, 15 pengungsi di rumah kos ini, hari ini mendapatkan beras, gula pasir, minyak goreng, ikan kering, kopi, teh, sayur, singkong, dan pisang dari pembaca Kompas. Kami hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada Kompas yang menyalurkan bantuan ini,” ujar Ny Rodja. Bantuan pembaca itu disalurkan Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK).

Ratusan pengungsi tersebar di rumah kos, yang selama ini didiami warga asal Palue yang bersekolah di Maumere. Mereka ingin bergabung dengan pengungsi lain di Posko Transito Pemkab Sikka, tetapi kondisinya sudah sesak. Banyak pengungsi yang terpaksa tidur di lantai.

Menurut Ny Rodja, selama berada di pengungsian, umumnya pengungsi mengonsumsi nasi satu kali dalam 2-3 hari. Itu pun kalau ada tetangga yang bersedia memberikan beras. Jika tidak, mereka hanya minum air dan makan apa adanya.

Ansel Lanu (54), pengungsi asal Desa Nitunglea, Pulau Palue, mengatakan, karena kurang makan dan minum, ditambah stres, banyak di antara mereka yang mudah terserang penyakit, seperti pusing, flu, batuk, pilek, demam, mag, infeksi saluran pernapasan akut, dan sulit tidur. Pekan ini dilaporkan dua warga Palue, lokasi Gunung Rokatenda, meninggal di pengungsian.

Ambil surat

Ia melanjutkan, staf Dinas Sosial Sikka meminta pengungsi mengambil surat keterangan dari lurah mengenai status mereka sehingga bisa mendapat beras dari dinas itu. Namun, setelah surat keterangan itu diantar ke dinas sosial, mereka meminta surat rekomendasi dari bupati. Sementara bupati sulit ditemui.

Pastor Marcel Vande Raring SVD dari Justice and Peace and Integrity of Creation menilai, jajaran Pemkab Sikka sibuk dengan pemilu kepala daerah sehingga pengungsi pun terlupakan.

Namun, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sikka Yohanes Berekhmas mengatakan, pemerintah sudah berbuat untuk pengungsi. (KOR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com