JAKARTA, KOMPAS.com — Prahara Partai Demokrat belum juga usai. Konflik internal partai pemenang Pemilu 2009 itu setidaknya sudah mendapat sorotan hampir sepanjang Februari 2013. Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Burhanudin Muhtadi, bahkan menganggap Partai Demokrat sudah ibarat partai teater.
"Demokrat ini layaknya partai teater. Terlalu banyak drama, terlalu banyak simbol yang dipakai. Mereka lupa persoalan di Partai Demokrat adalah memperbaiki citra partai terkait kasus korupsi," ujar Burhanudin di Jakarta, Jumat (1/3/2013). Pidato Anas saat berhenti dari Ketua Umum Partai Demokrat, ujar dia, semakin menunjukkan kubu-kubu yang ada di partai itu. Pidato Anas adalah bukti bahwa Partai Demokrat sejak dulu sudah mengalami faksionalisasi yang parah dan selama ini coba ditutupi dengan segala cara.
Burhanudin memprediksi, langkah Partai Demokrat dalam Pemilu 2014 akan semakin sulit di tengah badai konflik yang tengah dihadapinya. "Kasus terakhir Anas berhenti sebagai ketua umum akan membuat posisi Demokrat sulit untuk recovery, apalagi pengunduran diri itu tidak mulus sehingga akan jadi duri dalam daging," ucap Burhanudin.
Dalam jangka pendek, menurut Burhanuddin, Partai Demokrat harus segera menyelenggarakan kongres luar biasa (KLB) untuk menentukan ketua umum baru. Selain itu, dia juga menilai, partai itu harus fokus melakukan rekondisi pasca-berhentinya Anas. "Kalau tidak ada KLB untuk proses pergantian ketua secara sah, maka akan jadi terhambat soal daftar calon sementara (DCS) yang sudah di depan mata," kata Burhanudin.
Seperi diberitakan, Anas Urbaningrum memutuskan berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Sabtu (23/2/2013). Ia juga menyatakan keluar dari partai itu setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus dugaan gratifikasi terkait proyek Hambalang dan lainnya.
Semenjak itu, beberapa pengurus mengambil langkah serupa sebagai bentuk solidaritas, seperti Ketua DPC Partai Demokrat Cilacap Tri Dianto dan Wakil Direktur Eksekutif M Rahmad. Sejumlah pengurus Demokrat yang merupakan para loyalis Anas meski belum mundur tapi tetap setia mendatangi rumah Anas, seperti Juru Bicara I Gede Pasek Suardika, Ketua DPP Partai Demokrat Umar Arsal, dan Wakil Sekretaris Jenderal Saan Mustopa.
Berita terkait dapat dibaca dalam topik: Krisis Demokrat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.