Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pancasila Bawa Indonesia Selamat dari Krisis Global

Kompas.com - 27/02/2013, 01:53 WIB

Bogor, Kompas - Pancasila yang digali dan lahir dari nilai-nilai yang hidup pada bangsa Indonesia terbukti mampu menyelamatkan bangsa Indonesia dari krisis perekonomian global. Meskipun demikian, Pancasila tidak boleh begitu disakralkan dan menjadi dogmatis. Pancasila perlu dimaknai sebagai ideologi yang terus hidup dan terbuka sesuai dengan perubahan zaman.

”Indonesia selamat dari krisis perekonomian global ini karena sebenarnya kita memilih jalan yang berbeda, jalan kita sendiri, tidak masuk dalam kutub-kutub ideologi dunia. Kita menemukan jalan kita sendiri yang berakar, mengalir, dan dijiwai Pancasila,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat meresmikan Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi, Selasa (26/2), di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Pusat pendidikan itu dibangun Mahkamah Konstitusi.

Menurut Presiden, Pancasila lahir sebagai alternatif dari dua kutub ideologi di dunia. Kutub itu meliputi kapitalisme dan liberalisme di satu sisi, serta marxisme, sosialisme, komunisme di sisi yang lain. Perkembangan dunia dewasa ini justru menunjukkan, kedua ideologi ekstrem itu gagal menjawab tantangan global, termasuk di dalamnya krisis perekonomian global.

”Sungguhpun kita harus mengatakan Pancasila adalah solusi, opsi terbaik, serta jalan ketiga, dalam dunia yang berubah ini, Pancasila tidak boleh kita sakralkan dan kita dogmakan. Pancasila harus tetap kita jadikan ideologi yang terbuka dan hidup,” kata Presiden.

Berdasar pandangan itu, Presiden berharap pendidikan Pancasila yang dijalankan Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi dilakukan dengan semangat untuk menjaga relevansi dan aktualisasi Pancasila sebagai ideologi yang tetap hidup dan terbuka.

Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menyatakan, sejarah membuktikan bahwa Pancasila sakti karena merupakan fitrah bangsa Indonesia. Pancasila tidak bisa digantikan ideologi lain karena nilai-nilai Pancasila digali dari keluhuran budaya bangsa.

”Karena sifat fitrahnya itu, Pancasila mempunyai kedudukan penting dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara, bahkan Pancasila disebut juga sebagai jiwa bangsa. Jiwa adalah penentu hidup mati sehingga bangsa tanpa jiwa tidak akan bisa hidup. Tanpa Pancasila, niscaya bangsa ini tidak dapat hidup,” kata Mahfud.

Keprihatinan mengenai kenyataan bahwa Pancasila telah termarjinalisasi dari kehidupan masyarakat, menurut Mahfud, bukan karena Pancasila tak mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal itu karena masyarakat tak lagi memosisikan Pancasila sebagai garis dan pedoman bermasyarakat. Akibatnya, brutalisme, anarkisme, dan intoleransi masih terjadi. (why)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com