JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai rasa malu di tengah masyarakat semakin merosot. Hal itu, menurut Presiden, terlihat dari masih terjadinya korupsi, kongkalikong, kekerasan, fitnah, caci maki, dan berbagai keburukan lainnya.
"Itu adalah tanda-tanda merosotnya rasa malu dalam kehidupan masyarakat kita. Situasi ini sungguh memprihatinkan kita," kata Presiden ketika memberikan sambutan dalam perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2564 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (18/2/2013).
Hal itu dikatakan Presiden merespons tema Perayaan Imlek Nasional tahun ini, yakni "Rasa Malu Besar Artinya bagi Manusia." Perayaan juga diikuti para anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie, Shinta Nuriyah Wahid (istri Abdurrahman Wahid), Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, tokoh lain, serta ribuan tamu undangan.
Presiden menilai tema itu tepat diangkat lantaran relevan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Rasa malu, kata dia, semakin memudar akibat tergerus nilai-nilai materialistik, kepentingan sesaat, dan praktik jalan pintas.
Presiden menambahkan, masyarakat harus menerapkan nilai-nilai kebajikan dan ahklak mulia. Nilai kebajikan, kata dia, melandasi kesejahteraan, keadilan, harmoni, kerukunan antar-sesama. Selain itu, manusia, kata dia, harus senantiasa memiliki keseimbangan dalam berperilaku.
"Sebagai bagian dari harmoni antara langit dan bumi, keseimbangan antara nilai spritualitas dan kepentingan bersama yang membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Inilah nilai-nilai luhur yang patut diteladani oleh kita semua," pungkas Presiden.
Presidium dan Sekretaris Dewan Rohaniwan Majelis Tinggi Konghucu Indonesia (MAKATIN) Budi Tanuwibowo mengatakan, tema itu diangkat untuk menyegarkan kembali tentang arti pentingnya hidup lurus sesuai tata nilai yang seharusnya dijunjung.
"Utamanya terkait dengan kejujuran dan pantang korupsi. Apalagi situasi negara kita sekarang ini benar-benar marak dan akut dihinggapi penyakit korupsi," kata Budi dalam siaran persnya.
Budi menambahkan, Nabi Konghucu dan cicit muridnya Meng Zi menegaskan, perbedaan antara manusia dan hewan sangat tipis, yaitu tidak adanya rasa malu. "Bila rasa malu hilang dari manusia, sejatinya tidak ada bedanya dengan hewan yang dipandang rendah," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.