Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parpol Islam Tak Kunjung Kompak

Kompas.com - 10/02/2013, 19:25 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Beragam survei lembaga independen memprediksi pemilu 2014 sebagai puncak dari kejatuhan parpol Islam.  Elektabilitas parpol Islam berada jauh di bawah parpol beraliran sekuler yang merajai papan atas dan tengah hasil lembaga survei.

Menanggapi hal itu, pengamat politik Yudi Latief menilai, merosotnya elektabilitas parpol beraliran Islam karena masalah kekompakan antar parpol jenis itu sendiri. "Parpol Islam tidak cukup kompak. Sekarang tidak ada kolektivitas di antara mereka tapi lebih pada kepentingan pribadi," kata Yudi di Jakarta, Minggu (10/2/2013).

Yudi menjelaskan, apapun partai Islamnya sebenarnya konstituen yang diperebutkan sama, berlatar belakang muslim. Saat memperebutkan konstituen muslim itu, parpol Islam harus memperjuangkan konstituen loyalnya. Parpol Islam, kata Yudi, harus memiliki ciri khas perjuangan politik agar dapat membedakan dirinya dengan parpol sekuler.

"Hukum pemasaran politik akar rumput sendiri harus diamankan oleh mereka. Baru kemudian menjangkau .swing voter yang harus ditarik. Untuk mengamankan captive maka harus mengamankan pemeluk teguh dulu," tuturnya.

Sementara itu, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi melihat, merosotnya elektabilitas parpol Islam harus dirunut dalam kerangka sejarah parpol di Indonesia. Menurutnya, dalam kerangka sejarah itu sejak masa orde baru keberadaan parpol Islam terpinggirkan. Sebab, di masa Orba mantan Presiden Suharto dikelilingi oleh kalangan militer yang phobia atas Islam.

"Saat itu ada gagasan deparpolisasi partai Islam, muncul Islam yes parpol Islam no. Gagasan itu lah yang diabsorb oleh Orde Baru untuk marginalisasi parpol Islam, ada legitimasi intelektual sehingga proses perjuangan politik Islam dalam posisi marginal," tutur Viva.

Wakil Ketua Fraksi PAN DPR RI itu menekankan, kondisi kontemporer politik Indonesia menganut sistim demokrasi liberal. Hal itu mengarah pada perbedaan ideologi parpol menjadi tidak nyata.

Implementasi ideologi politik Islam, kata Viva, hampir tidak berbeda satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa dalam demokrasi liberal kepentingan politik yang akan menyatukan kekuatan parpol Islam.

"Dalam sejarahnya sendiri parpol Islam toh tidak pernah bersatu, semuanya terpecah dalam parpol berbasis Islam. Tapi Kalau ini bisa disatukan sebenarnya bisa jadi penyeimbang parpol lain (Sekuler)," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com