Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sampek Engtay", dari Teater Koma sampai Basiyo

Kompas.com - 09/02/2013, 09:04 WIB

KOMPAS - Kali ini merupakan cerita asmara yang dibawa mati dari gadis Giok Eng Tay dengan pria idamannya, Nio Sam Pek. Eng Tay berasal dari kalangan berada dan terpandang, sedangkan Nio Sam Pek datang dari keluarga sederhana.

Ayah Eng Tay akan menjodohkan putrinya dengan Macun, putra orang terpandang. Oleh karena itu, ayah Eng Tay tidak merestui hubungan putrinya dengan Sam Pek.

Sekali peristiwa, Sam Pek meninggal dunia. Sementara itu, Eng Tay dan Macun telah diperjodohkan. Dalam sebuah perjalanan, Eng Tay menengok makam Sam Pek. Eng Tay mendapati makam terbuka dan ia pun melompat masuk ke dalam kubur tersebut. Pasangan itu menjelma menjadi sepasang kupu-kupu yang terbang dengan indahnya.

Merakyat
Jauh sebelum kemerdekaan, tepatnya tahun 1931, film Sampek Engtay telah diputar di gedung bioskop di negeri ini. Situs Film Indonesia (filmindonesia.or.id) mencatat, film ini digarap oleh The Teng Chun (1902-1977) sebagai sutradara, penulis, dan produser.

Di ranah seni pertunjukan tradisional, lakon Sampek Engtay juga populer sebagai lakon. Di Bali, Sampek Engtay termasuk lakon yang sering dipentaskan dalam seni pertunjukan tradisional drama gong.

Di Jawa, Sampek Engtay juga menjadi bagian dari lakon favorit dalam pertunjukan ketoprak Jawa. Seniman lawak Yogyakarta, Basiyo (1911-1979), membuat kaset lawak Sampek Engtay.

Basiyo sendiri adalah pemain ketoprak, yang antara lain sering tampil bersama kelompok ketoprak Sapta Mandala, milik Kodam (dulu VII) Diponegoro. Jika Basiyo mengambil Sampek Engtay sebagai bahan berkomedi-lisan, hal itu karena Sampek Engtay memang telah menjadi bagian dari lakon pentas ketoprak yang sangat dikenal oleh masyarakat penikmat ketoprak. Legenda cinta itu sama populernya dengan lakon klasik ketoprak lainnya, seperti kisah cinta Jayaprana-Layonsari atau kisah Roro Mendut-Pronocitro.

Sampai era tahun 2000-an, ketika panggung ketoprak mulai meredup, Sampek Engtay masih bersinar. Dirjo Tambur, tokoh ketoprak Yogyakarta, bersama Marwoto dan Den Baguse Ngarso tahun 2005 memanggungkan lakon Sampek Engtay.

"Menjawa"
Sampek Engtay versi dagelan Basiyo dan ketoprak adalah Sampek Engtay yang sangat Jawa. Bahasa, dialog para pemain, tak ubahnya dengan lakon-lakon ketoprak lain, yaitu menggunakan bahasa Jawa.

Tokoh Sam Pek dan Eng Tay menggunakan bahasa Jawa ngoko atau bahasa percakapan sehari-hari yang digunakan orang dalam posisi setara. Adapun kepada orang yang lebih tua, Sam Pek dan Eng Tay menggunakan bahasa Jawa kromo inggil atau bahasa halus.

Tidak ada upaya untuk men-”china-china-”kan dari Basiyo saat memainkan Sampek Engtay. Sebagai perbandingan, ada upaya pelawak yang menggunakan dialog dan lafal yang dimaksudkan agar terkesan China dan karena itu mungkin dianggap memancing tawa.

Basiyo sebagai Sam Pek adalah Basiyo yang Jawa, seperti lazimnya ia berkomedi sebagai tukang becak dalam lakon Basiyo Mbecak atau maling Kontrang-Kantring.

Sejumlah lakon dalam ketoprak menggunakan sebutan koh untuk memanggil tokoh Sam Pek. Namun, ada pula yang menggunakan kata kang, bahasa Jawa yang artinya kakak.

Begitulah Sampek Engtay telah merasuk menjadi bagian dari khazanah seni pertunjukan. Catatan dari penelaah budaya

Jakob Sumardjo menyebut, Sampek Engtay telah tersebar secara lisan terlebih dahulu di lingkungan kaum China peranakan di Indonesia sebelum akhirnya dituliskan dalam sastra.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com