Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekayasa Cuaca agar Hujan Turun di Laut

Kompas.com - 23/01/2013, 02:47 WIB

Jakarta, Kompas - Pencegahan dan pengendalian banjir di Jakarta tidak bisa hanya dilakukan di dalam Jakarta saja karena pusat masalah juga berada di luar Jakarta. Untuk pencegahan jangka pendek, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo minta dilakukan rekayasa cuaca agar hujan lebih banyak turun di laut.

Pencegahan banjir, menurut mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Selasa (22/1), di Batam, harus dimulai dari hulu, seperti Bogor, dan area tangkapan air di hulu harus diperbaiki.

Sementara di Jakarta, harus dicari cara untuk memperlancar aliran air di sungai dan saluran air. Saat ini, arus di sungai dan saluran sangat pelan sehingga tidak bisa menahan arus balik saat pasang laut. Apalagi, hilir beberapa sungai lebih rendah daripada permukaan laut. Akibatnya, air akan menggenangi wilayah Jakarta saat pasang naik dan ada tambahan volume air dari Bogor.

Ide pembuatan kanal multifungsi harus dikaji secara menyeluruh. Hal yang harus dijawab adalah di mana dan bagaimana air dari terowongan akan dibuang. ”Terowongan jauh di bawah tanah. Butuh pompa besar untuk menaikkan airnya ke saluran yang lebih tinggi, sementara pasokan listrik saat ini tidak terjamin,” ujar Rachmat.

Harus dipertimbangkan pula cara perawatan agar terowongan tidak buntu oleh sampah. Sejumlah saluran air di Jakarta buntu akibat tumpukan sampah. Selain itu, harus dilihat kapasitas Kanal Timur dan Kanal Barat. ”Tambahan air dari Kanal Timur ke Kanal Barat akan memperbesar aliran di Kanal Barat. Tanggul di Kanal Barat harus diperkuat,” tuturnya.

Restu Gunawan, sejarawan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang juga pemerhati banjir Jakarta dulu hingga kini, mengingatkan agar dalam penanganan banjir Jakarta tak sekadar berupaya mengalirkan air secepatnya ke laut. Kanal-kanal yang dibangun pada masa Belanda sudah terbukti tak sepenuhnya bisa membebaskan Jakarta dari banjir.

Peneliti pada Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Firdaus Ali, mengatakan, dalam mengelola air, khususnya di Jakarta, kondisi alamnya harus dipahami. Menurut dia, Jakarta berada di cekungan, sebagian daerahnya lebih rendah dari laut. Ada intrusi air laut, juga ada penurunan muka tanah yang mencapai 10 sentimeter per tahun. Di beberapa kawasan ada yang sampai 28 sentimeter per tahun.

”Mengatasi banjir, payung besarnya adalah mengelola air. Untuk itu, perlu teknologi ramah lingkungan yang penerapannya justru akan meresapkan air sebanyak-banyaknya ke dalam tanah. Tidak hanya untuk mengurangi banjir, tetapi juga menimbun pasokan air bersih,” kata Firdaus.

Selain pendekatan proyek fisik dalam penanggulangan banjir Jakarta, pemerintah diharapkan juga segera mulai menyiagakan jajarannya dan masyarakat dalam menghadapi banjir.

Hal itu dibenarkan Sekretaris Jenderal Global Rescue Network Amelia Yunita. Menurut dia, sistem peringatan dini harus diperkuat. Selama ini sudah ada data tempat-tempat banjir di Jakarta. Untuk itu, paling tidak di lokasi- lokasi tersebut sistem peringatan dini dipastikan berjalan efektif.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com