Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Misi Khusus dari Cikeas

Kompas.com - 12/01/2013, 02:09 WIB

Jakarta, Kompas - Penunjukan KRMT Roy Suryo Notodiprojo menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga menggantikan Andi Alifian Mallarangeng tergolong mengejutkan. Soal kejutan dan kesangsian publik kepadanya, Roy tidak menepisnya. Pria asal Yogyakarta itu menganggap kesangsian itu sebagai ”alarm” pengingatnya untuk mendengar sebanyak mungkin masukan dari masyarakat.

Roy, kepada Kompas yang menemuinya, Jumat (11/1) malam, mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memberitahunya bahwa tidak ada posisi lain untuknya. Berikut petikan wawancara dengan Roy.

Bagaimana tanggapan Anda terkait penunjukan sebagai Menpora ini?

Ini tugas berat. Saya tahu saya bukan orang dengan kompetensi yang sebenarnya. Namun, justru karena ini tugas yang berat, izinkanlah saya mengajak semua masyarakat, termasuk media, mari kita bangun bersama, mari kita bangun pemuda dan olahraga Indonesia.

Saya tidak perlu mencari-cari alasan agar dianggap layak menjabat Menpora. Jabatan ini amanah dan saya mengakui ada kekurangan saya. Karena itu, tolong bantu dengan kritik, masukan, dan dukungan sehingga saya bisa menjalankan amanah ini.

Apa saja pesan Presiden kepada Anda?

Presiden menyebutkan tiga agenda penting selama kepemimpinan saya sebagai Menpora. Pertama, masalah konsolidasi internal, yang berkait dengan masalah hukum kasus Hambalang.

Kedua, masalah prestasi olahraga nasional yang berhubungan dengan SEA Games Myanmar 2013, yang akan berlangsung akhir tahun ini. Dan ketiga, masalah dualisme PSSI yang masih belum terpecahkan.

Khusus untuk masalah SEA Games, itu tinggal melanjutkan program yang sudah berlangsung selama ini. Sementara masalah Hambalang, sekalipun saya juga anggota Partai Demokrat, tetapi saya nothing to lose (baca: ibaratnya ia tak akan peduli apa yang akan terjadi).

Jadi, semuanya akan saya kembalikan pada tugasnya masing-masing. Kalau untuk pemuda, ya, urus pemuda, untuk prestasi, ya, urus prestasi. Sedangkan untuk keuangan itu tidak lagi.

Soal penyelesaian kasus Hambalang?

Terkait penyelesaian masalah hukum kasus Hambalang, saya akan mendukung agar penyelesaiannya lebih cepat. Untuk kasus Hambalang, untuk kasus yang menjerat internal Kemenpora, kita serahkan kepada institusi yang menangani, yakni Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Kemenpora tidak perlu direpotkan dengan urusan yang bukan urusan pemuda dan olahraga. Kalau masalah hukum, serahkan kepada instansi penegak hukum.

Untuk kelanjutan proyek Hambalang sendiri, akan kembali dilihat secara saksama. Kalau memang itu merupakan proyek yang tidak layak, ya, dihentikan. Namun, kalau memang layak dan memungkinkan untuk diteruskan, ya, kita mendukung untuk diteruskan.

PSSI, bisa lebih cepat

Dalam menyelesaikan masalah PSSI yang hingga kini masih terpecah itu, Roy yakin penyelesaiannya akan lebih cepat.

”Jadi tidak perlu enam bulan. Bahkan, tidak perlu hingga Maret yang menjadi batas akhir FIFA.”

Konkretnya, seperti apa sikap yang akan diambil terkait problem di PSSI?

Saya masih akan melihat sikap yang dapat diambil selaku pemerintah dengan memperhatikan sikap FIFA. Saya berpandangan, kalaupun PSSI dikenai sanksi oleh FIFA, hal itu belum tentu jelek. Contohnya Yunani yang pernah dikenai sanksi dan justru bisa berprestasi baik.

Soal pembinaan olahraga, apakah akan meniru China dengan model subsidi atau Amerika Serikat dengan industrialisasi?

Tentang pola yang akan digunakan dalam pembinaan olahraga, apakah menggunakan pola China dengan subsidi pembangunan olahraga, atau model Amerika Serikat yang mengindustrikan olahraga, ya, kedua model tersebut akan dijalankan.

Sebab, hal tersebut akan sangat bergantung pada kondisi dari cabang masing-masing. Berikut keterkaitannya dengan KONI dan induk dari cabang olahraga yang sudah ada.

Pembinaan olahraga tidak akan sepenuhnya seperti pola di China yang sepenuhnya dibiayai pemerintah ataupun pola AS yang diarahkan menjadi bisnis. Masalah amatir dan profesional itu perlu dibuat aturan yang jelas. Jangan sampai ada dualisme sehingga sekarang ini enggak jelas. Perlu aturan jelas sampai sebatas mana negara wajib membantu atlet dan kapan dia harus mandiri, berdiri sendiri.

Roy mengakui ia menyenangi olahraga catur, serta pernah aktif di kelompok ilmiah remaja dan kepramukaan. Tentu saja, tutur dia, bekal ini saja tak cukup untuk mengelola Kementerian Pemuda dan Olahraga. Karena itu, ia akan lebih banyak mendengar, terutama dari kalangan masyarakat olahraga dan kepemudaan agar bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.(TRA/WHY/OKI/NIC)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com