Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wah, di Semarang Ada Kompetisi Topeng Monyet

Kompas.com - 29/12/2012, 18:35 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Kompetisi topeng monyet yang diikuti seniman topeng dari berbagai daerah meramaikan pergelaran "Festival Rakyat 2012" di Desa Wisata Lembah Kalipancur, Semarang, Sabtu (29/12/2012).

Para seniman topeng monyet itu tampil secara bergantian mempertunjukkan aksi monyetnya kepada para pengunjung, mulai aksi bermain sepeda, mencari ikan, pergi ke pasar, hingga atraksi topeng layaknya Barongan.

Menurut Ketua Panitia Festival Rakyat 2012 Dony Sugeng Riyadi, kompetisi topeng monyet itu merupakan salah satu kegiatan menyambut Tahun Baru 2012 yang digelar Desa Wisata Lembah Kalipancur, Semarang, mulai 29-31 Desember 2012.

Ia menyebutkan kompetisi topeng monyet yang dimaksudkan untuk melestarikan kesenian rakyat itu diikuti 10 peserta yang berasal dari sejumlah daerah di Jateng, mulai Kota Semarang, Salatiga, Demak, hingga Jepara.

"Atraksi topeng monyet selama ini dikenal sebagai kesenian rakyat yang kerap ditemui dalam berbagai kegiatan, Itulah salah satu alasan kami menggelar kompetisi topeng monyet untuk meramaikan Pesta Rakyat," katanya.

Kriteria penilaian dalam lomba topeng monyet, kata dia, didasarkan pada berbagai aspek, antara lain ketangkasan, keunikan atraksi, dan kostum pertunjukan yang dipakai, baik oleh pawang maupun monyetnya.

Namun, kata dia, cara memperlakukan binatang tetap menjadi penilaian yang sangat menentukan, mengingat selama ini ada anggapan topeng monyet sebagai eksploitasi binatang dan perlakuannya tak sesuai perikehewanan.

"Kami sudah mempertimbangkan hal-hal berkaitan dengan perikehewanan. Karena itu, cara memperlakukan monyetnya juga dinilai, di samping berbagai indikator penilaian yang meliputi `performance`," kata Dony.

Sementara itu, Sumiran (48), seniman topeng monyet mengungkapkan binatang harus diperlakukan secara baik, termasuk melatih monyet agar pintar beratraksi dan mengikuti apa yang diperintahkan sang pemilik atau pawang.

"Saya sendiri selalu memperlakukan monyet secara baik. Jika sudah tahu, sebenarnya cukup dengan memegang kupingnya, monyet mau menurut. Tidak perlu dikasari, seperti dimarahi, dipukul. Kasihan monyetnya," katanya.

Ketua Paguyuban Topeng Monyet Semarang yang akrab disapa Pak Gendut itu mengatakan seluruh anggotanya tidak pernah memperlakukan monyet secara kasar, tetapi tidak tahu dengan seniman-seniman baru topeng monyet.

"Cara melatih monyet juga bergantung binatangnya sendiri. Namun, kalau dibiasakan melatih secara kasar, monyetnya justru akan galak dan membuat takut penonton, misalnya suka mengejar dan menggigit," katanya.

Selain kompetisi topeng monyet, berbagai kegiatan juga digelar di desa wisata seluas 7,5 hektare itu, seperti lomba mewarnai dan menggambar untuk anak-anak, "stand up comedy", dan kompetisi "Gambangnam Style".

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com