Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggaran Rp 85 Triliun Belum Terserap

Kompas.com - 05/12/2012, 08:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggaran belanja modal yang belum terserap sampai 14 November 2012 mencapai Rp 85,68 triliun. Dengan sisa waktu yang hanya sekitar sebulan hari kerja, tidak saja penyerapannya tidak mungkin optimal, tetapi kualitas penyerapannya juga tidak akan maksimal. Ujung-ujungnya adalah realisasi pertumbuhan ekonomi tidak sesuai dengan potensi fiskal.

Penyerapan belanja modal sampai 14 November 2012 baru mencapai Rp 82,99 triliun atau 48,8 persen dari pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012. Artinya, masih ada anggaran Rp 85,68 triliun yang menumpuk untuk diserap selama bulan Desember saja.

Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo menjawab pertanyaan wartawan di Jakarta, Selasa (4/12/2012), menyatakan bahwa penyerapan anggaran yang tidak optimal menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak optimal pula. Penumpukan yang ekstrem pada akhir tahun sebagaimana terjadi setiap tahun juga memengaruhi kualitas penyerapan anggaran.

”Kalau seandainya kementerian dan lembaga tidak bisa menyiapkan dokumen pendukung seperti term of reference atau rencana anggaran biaya yang baik, anggaran tidak bisa dicairkan. Dan kalau tidak dicairkan, pertumbuhan ekonomi yang diharapkan menjadi tidak optimal. Saya harapkan di bulan terakhir ini masih ada pencairan anggaran yang cukup besar,” kata Agus.

Saat ditanya tentang target penyerapan belanja modal sampai akhir tahun, Agus enggan menjawab. Hal yang bisa dia pastikan adalah penyerapan belanja secara keseluruhan sampai 14 November 2012 lebih tinggi dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Namun hal ini, kata Agus, dengan catatan bahwa ada kontribusi besarnya subsidi energi. Dengan demikian, penyerapan belanja modal menjadi semakin penting dalam dalam konteks penyerapan belanja secara keseluruhan.

Atas sejumlah anggaran yang tidak akan terserap tahun ini, Agus mengatakan, sangat mungkin menjadi sisa anggaran lebih (SAL) yang akan dialokasikan untuk proyek infrastruktur pada APBN-P 2013. SAL, sebagaimana terjadi pada APBN-P 2012, sebagian digunakan untuk pembangunan infrastruktur.

Sementara itu penerimaan pajak negara naik dari sisi nilai dibandingkan dengan tahun lalu. Akan tetapi, tingkat pertumbuhannya tidak secepat tahun lalu.

Direktur Jenderal Pajak Fuad Rachmany menyatakan, pertumbuhan penerimaan pajak melambat karena dampak pelambatan ekonomi global. Ini mulai dirasakan dunia usaha domestik pada semeseter II-2012.

”Sebagian sektor bisnis, yang dulunya merupakan kontributor terbesar pajak kita, terpukul di semester II, misalnya sektor pertambangan. Ini berdampak pada laba usaha mereka. Laba usaha turun, penerimaan pajak juga turun,” kata Fuad.

Total penerimaan pajak sampai 23 November 2012 mencapai Rp 708,89 triliun atau 80.1 persen dari target senilai Rp 885 triliun. Dibandingkan dengan tahun lalu, terjadi kenaikan sebesar 15,18 persen. (LAS)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com