Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maju Jadi Capres, Rhoma Irama Siap Dihujat

Kompas.com - 14/11/2012, 09:20 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dari seorang artis dangdut kemudian menjadi dai kondang, kini Rhoma Irama melangkah lebih jauh dengan menyatakan kesiapannya maju sebagai calon presiden 2014. Menjadi orang nomor satu di negeri ini bukanlah perkara mudah. Rhoma harus terjun ke dunia politik yang keras dan penuh dengan intrik.

Mampukah sang "Raja Dangdut" menaklukkan rintangan-rintangan ini?

Saat dijumpai Kompas.com di Jakarta, Selasa (13/11/2012), Rhoma menyatakan kesiapannya maju sebagai capres dengan segala konsekuensinya. Ia bahkan mengaku siap dihujat. Cap selebriti tidak membuatnya gentar berhadapan dengan kesangsian banyak pihak selama ini.

"Selebriti kan boleh-boleh saja mencalonkan diri. Banyak kok contoh-contohnya. Itu sekarang cagub di Jawa Barat kan artis semua. Mereka artis, tetapi mereka berhasil bangun Jawa Barat. Jadi, status keartisan saya, sama sekali tidak ada kaitannya dengan kemampuan saya memimpin," ujar Rhoma.

Pria kelahiran 11 Desember 1946 ini sebenarnya bukan terbilang orang baru dalam kancah perpolitikan Tanah Air. Di masa awal Orde Baru, Rhoma sempat menjadi maskot penting Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang bernapaskan Islam. Ia juga sempat menjadi anggota DPR mewakili utusan Golongan, yakni mewakili seniman dan artis pada tahun 1993.

Pada pemilu 2004, Rhoma Irama tampil pula di panggung kampanye PKS. Menurut Rhoma, tantangan di dunia politik memang cukup berat dan berliku. Namun, bukan berarti politik selamanya buruk. Islam bahkan mengajarkan umatnya berpolitik.

"Islam itu mencakup semua hal, termasuk politik itu sendiri. Kalau ada yang bilang jangan terjun ke politik, itu salah besar karena politik itu bagian kecil dari Islam," ujar Rhoma.

Pemilik nama asli Raden Irama ini melanjutkan, untuk sebuah perjuangan, tidak ada yang perjalanan yang mulus. Seorang pemimpin harus siap atas segala rintangannya. "Tidak ada karpet merah untuk perjuangan. Berjuang mencari keadilan itu pasti beronak berduri. Seorang pejuang harus siap menghadapi itu," kata Rhoma.

Ia mencontohkan kondisi para nabi yang berjuang menegakkan Islam, tetapi kerap dihujat hingga dibunuh. "Itulah konsekuensi seorang pejuang, bukan karena hujatan harus mundur. Buat saya hujatan itu vitamin," ucap Rhoma sambil terus menggerakkan tasbihnya.

Desakan ulama

Sebagai musisi, pencipta lagu, dan bintang layar lebar, kiprah Rhoma Irama tidak diragukan lagi. Ia sudah menciptakan 685 buah lagu dan bermain di lebih 10 film. Karya-karya musik dangdutnya pun diteliti di ratusan universitas di seluruh dunia. Namun, baru kali ini sang "Raja Dangdut" menyatakan kesiapannya sebagai calon presiden.

"Saya maju ini karena desakan ulama dan umat. Saya bahkan sempat katakan apakah tidak ada figur lain selain saya kepada ulama-ulama itu," tutur Rhoma.

Para ulama itu, lanjut Rhoma, mengaku tidak ada lagi sosok pemimpin bangsa ini yang merepresentasikan umat Islam. "Anda telah jadi ikon dari umat, hanya Anda yang bisa persatukan umat Islam, dan hanya Anda yang bisa bawa visi dan misi umat Islam," kata Rhoma menirukan ucapan salah seorang ulama.

Dengan desakan itu, Rhoma pun kemudian mempertimbangkan dengan serius usulan ini. Setelah itu, Rhoma mengaku akhirnya hatinya terpanggil untuk berbuat sesuatu untuk negeri ini. Keterpanggilannya sebagai calon presiden itu diakui Rhoma baru terjadi beberapa hari lalu. Pelantun lagu "Begadang" ini terpanggil melihat semakin hari demokrasi di negeri ini semakin kebablasan dan di luar komitmen Pancasila.

"Kita sudah jauh dari nilai ketuhanan, jauh dari nilai kemanusiaan, persatuan. Indikasinya adalah tidak ada sopan santun dalam berpolitik, berbangsa, dan bernegara," ujar Rhoma.

Kembali pada Pancasila

Ia pun prihatin saat seorang kepala negara disamakan dengan kerbau tanpa ada sanksi hukum apa pun. Ia juga melihat kini umat Islam tidak lagi berperilaku layaknya seorang muslim. Bangsa Indonesia menjadi sekuler dan mudah terbakar emosinya.

"Ini sudah terjadi demoralisasi. Kita sudah hanyut dalam demokrasi yang permisif, serbaboleh. Saya ingin kembalikan bangsa ini untuk kembali kepada Pancasila. Menjadi Islam sama saja dengan menegakkan Pancasila itu sendiri," kata Rhoma.

Rhoma tidak berjuang sendiri. Pelantun lagu "Darah Muda" ini memiliki energi tersembunyi yang didapatnya dari keluarga selama ini. Keluarga, diakui Rhoma, menjadi bagian dari perjuangan hidupnya.

"Keluarga saya ini sudah biasa mendampingi saya bertarung, berjuang melawan arus sejak dari tahun 1977. Ketika berkiprah di PPP karena sangat tidak populer saat itu, muncul berbagai aksi dan teror. Jadi, keluarga mendukung," katanya lagi.

Baca juga

Ridho Rhoma: "Ter-la-lu", kalau Papa Menolak Lagi

Ridho Rhoma: Gaya Kepemimpinan Rhoma Irama Ajaib 

Berita terkait wacana pencapresan Rhoma bisa diikuti dalam topik: Geliat Politik Jelang 2014


 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

    Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

    Nasional
    Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

    Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

    Nasional
    Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

    Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

    Nasional
    Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

    Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

    Nasional
    Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

    Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

    Nasional
    Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

    Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

    Nasional
    Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

    Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

    Nasional
    Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

    Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

    Nasional
    2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

    2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

    Nasional
    Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

    Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

    [POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

    Nasional
    Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

    Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

    Nasional
    Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

    Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

    Nasional
    Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

    Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com