Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fahd: Tamsil dan Mirwan Dahului Proyek

Kompas.com - 14/11/2012, 01:51 WIB

Jakarta, Kompas - Sidang perkara korupsi pengurusan dana penyesuaian infrastruktur daerah dengan terdakwa pengusaha Fahd el Fouz di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Selasa (13/11), mengungkap fakta baru. Fahd mengaku dimarahi orang dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie Jaya karena proyek DPID yang diurusnya gagal, padahal fee sudah dititipkan lewat Fahd.

”Saya bilang (DPID) masuk, Rp 20 miliar, tetapi orang dari dinas PU tersebut bilang, ’Itu bukan saya yang mengurusnya, tetapi orang lain’,” ujar Fahd.

Ditanya Ketua Majelis Hakim Suhartoyo, siapa orang lain itu, Fahd menjawab Tamsil Linrung. Tamsil adalah anggota DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, mantan pimpinan Badan Anggaran.

DPID untuk Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Besar, menurut Fahd, sudah didahului Mirwan Amir, anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat dari daerah pemilihan Aceh. ”Untuk Mirwan, saya tahunya kabar dari luar. Saya mencoba menemui Pak Mirwan, tetapi tidak berhasil,” kata Fahd.

Tamsil pernah menjadi saksi sidang Fahd dan membantah dugaan itu. Untuk Mirwan, sidang kemarin sebenarnya mengagendakannya sebagai saksi, tetapi ia tidak hadir untuk kedua kalinya.

Bisnis mengurus anggaran ini ditekuni Fahd karena ia mengenal Haris Andi Surahman dan kebetulan kenal para bupati di daerah, terutama dari Partai Golkar. ”Saya berpikir, bagaimana bisa cari untung,” kata Fahd.

Fahd mengungkapkan, besarnya fee untuk mengurus DPID minimal 5 persen dan harus disetor di depan sebelum persetujuan anggaran.

Fahd minta 10 persen untuk mengurus DPID di Pidie Jaya, Aceh Besar, dan Bener Meriah, tetapi yang didapat 8 persen. Untuk teknis mengurus DPID ke DPR, Fahd memegang Haris Andi Surahman yang dikenal di Partai Golkar.

Untuk Bener Meriah, Fahd kenal bupatinya sehingga bisa mengoordinasi langsung, sedangkan Aceh Besar dan Pidie Jaya dikoordinasi Zamzami, pengusaha yang juga Ketua Harian Golkar Nanggroe Aceh Darussalam.

Fahd menuturkan, ”Menurut Haris, ada Irgan dari Fraksi PPP yang bisa mengurus dana DPID. Tetapi, kata Haris ada yang lebih canggih lagi, yaitu Ibu Wa Ode.”

Setelah tahu proyek gagal, Fahd mengejaar Wa Ode untuk menagih uang yang telah ia salurkan lewat Haris. Namun, Wa Ode tidak mau ditemui. ”Sampai saya ngumpet di lobi apartemen (tempat tinggal Wa Ode) sama Haris. Saya cegat, saya paksa duduk di lobi, akhirnya dia kembalikan Rp 2 miliar, sisanya bertahap,” kata Fahd.

Fahd mengungkapkan, Haris adalah orang dekat Jusuf Kalla. Fahd mengenal Haris sebagai staf ahli anggota DPR Fraksi Golkar, Halim Kalla. (AMR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com