Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbaur dalam Keberagaman, Menjaga Pluralisme

Kompas.com - 13/11/2012, 03:23 WIB

”Kehidupan mereka mapan. Mereka kalangan yang konservatif, pragmatis, dan tidak peduli demokrasi. Jadi, selama tidak ada yang mengusik kenyamanan mereka, mereka tidak peduli. Padahal, mereka kalangan terbanyak dan memiliki kemampuan mengubah banyak hal,” kata Fajar.

Bahkan, kalangan mahasiswa pun sangat pasif. Tuntutan studi membuat mereka fokus segera menyelesaikan kuliah dan mencari kerja agar hidup mapan. Apalagi, umumnya mereka berasal dari keluarga menengah.

Sesungguhnya golongan yang intoleran tidak bertambah jumlahnya. Mereka tetap kecil, tetapi konsisten hidup dan dapat memengaruhi mereka yang toleran. Lebih parah lagi, pemerintah membiarkan kondisi ini berlangsung. Pemerintah tidak punya kebijakan yang afirmatif mengenai pluralisme. Malah pemerintah cenderung ke satu golongan tertentu.

”Di bidang pendidikan, tidak ada kebijakan yang mendukung kebhinnekaan bangsa Indonesia,” kata Fajar prihatin.

Secara internal, di dalam negeri ini pembahasan pluralisme belum menyentuh intinya. Ditambah pengaruh eksternal terkait globalisme dan kemajuan informasi, masalah yang terkait agama misalnya, mendapat tanggapan segera tanpa mencari tahu apa persoalan sebenarnya.

”Alhasil, tindakan yang muncul bersifat anarkis. Menurut saya, pluralisme merupakan sinergi nyata pemerintah, golongan agama, kelompok masyarakat, publik, mahasiswa, dan media. Mereka adalah pilar-pilar penopang keberagaman,” kata Fajar.

”Positive Movement”

Tak lagi berbicara soal perbedaan. Ajakan itulah yang dilakukan Inayah Wahid kepada kaum muda. Dia mendirikan Positive Movement yang diharapkan bisa menyiapkan agen-agen perubahan untuk peningkatan kualitas kebahagiaan diri. Tentu saja, anggotanya berasal dari beragam latar belakang.

”Enggak sulit mengajak mereka untuk ikut berdialog. Banyak anak muda yang mau jadi agen perubahan. Kondisi negara yang tidak kondusif menyadarkan mereka untuk bergerak, tetapi tidak tahu dimulai dari mana. Untuk itu kami mengampanyekan kepada mereka bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri,” ungkap Inayah, putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Beberapa kegiatan Positive Movement seperti diskusi bulanan dan sosialisasi ke sekolah-sekolah. Saat ini, mereka sedang menyiapkan Forum Pemuda Indonesia II yang akan digelar di Bali.

”Forum Pemuda Indonesia I dilaksanakan tahun ini. Banyak yang senang dengan kegiatan ini, mereka malah merasa kurang karena waktunya hanya tiga hari. Antusiasme mereka besar sekali, malah senang bertemu dengan teman-teman yang berbeda,” ujarnya.

Perbedaan akan menjadi lebih indah bila disikapi dengan benar. Keberagaman akan membahagiakan semua orang bila dipahami dengan baik. Saatnya mahasiswa berbaur dalam keberagaman, menjaga pluralisme.

(SIE/TIA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com