Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/11/2012, 16:20 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Para politisi Senayan mulai gerah. Satu per satu menyampaikan bantahan tak terkait dalam laporan yang disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan. Laporan itu mengenai dugaan pemerasan terhadap BUMN yang dilakukan oknum anggota DPR. Setelah melaporkan dua nama, terakhir Dahlan kembali memasukkan nama-nama anggota DPR yang diduga memeras kepada Badan Kehormatan DPR. Dugaan ini tanpa disertai bukti.

Kali ini, bantahan datang dari politisi Partai Demokrat, Achsanul Qosasi, yang saat ini duduk di Komisi XI DPR. Ia menanggapi informasi bahwa ada upaya pemerasan terhadap direksi PT Merpati Nusantara Airlines. Sebelumnya, ada perbincangan antara anggota DPR dan para direksi.

"Jadi, kami bukan dalam meminta (fee) di dalam forum kecil itu. Diskusi kecil itu biasa. Tidak ada pemerasan. Tuduhan memeras ini menyakitkan," ujar Achsanul, Jumat (9/11/2012), dalam jumpa pers di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Ia mengungkapkan, sekitar 2-3 bulan lalu, Komisi XI sempat melakukan rapat kerja dengan direksi PT Merpati Nusantara Airlines. Namun, sebelum rapat dimulai, 10-15 orang anggota Komisi XI berbincang di ruang komisi sambil menunggu anggota Dewan lainnya. Dalam diskusi kecil itu, Achsanul mengatakan, pihak Merpati dihadiri oleh tiga direkturnya, yakni Direktur Utama Merpati Rudy Setyopurnomo, Direktur Keuangan Muhammad Roem, dan Direktur Operasional Asep Eka Nugraha. Sementara itu, anggota Komisi XI yang ada di antaranya yakni Zulkflimansyah, Sumaryoto, Andi Timo, dan Linda Megawati.

"Yang aktif saat itu bertanya ke saya soal business plan-nya yang belum kami terima karena business plan sebelumnya, saat Dirut Merpati masih Pak Johnny, lengkap dan detail sekali. Sementara itu, business plan Pak Rudy tidak ada," katanya.

Ia menegaskan, tidak ada candaan soal meminta jatah ataupun commitment fee yang dilontarkan anggota Dewan saat itu. Perbincangan membicarakan soal penyertaan modal negara (PMN).

"Tidak ada candaan yang menjurus ke arah situ. Sama sekali tidak ada. Makanya, saya bingung kenapa pertemuan itu disebut Pak Dahlan sebagai upaya pemerasan," ucap Achsanul lagi.

Achsanul menyatakan, kepentingan Komisi XI dengan Rudy hanya untuk menanyakan rencana bisnis Merpati, tak membahas persetujuan PMN. Pasalnya, pembahasan PMN Merpati senilai Rp 561 miliar sudah disetujui pada masa kepemimpinan Sardjono Johnny. Namun, anggota Dewan sempat mengklarifikasi soal perlu tidaknya PMN itu. Sebab, saat baru memimpin, Rudy pernah melontarkan bahwa Merpati tidak perlu PMN.

"Kami tanyakan di diskusi itu apa betul tidak perlu PMN? Ternyata dia (Rudy) bilang masih perlu. Kalau begitu, kami langsung minta business plan-nya. Tidak bahas lagi soal besaran PMN karena sudah disetujui sebelumnya," ujar Achsanul.

Achsanul menjamin, disetujuinya PMN senilai Rp 561 miliar untuk Merpati pada masa kepemimpinan Jhonny tanpa ada janji commitment fee. "Kami jamin tidak ada karena kami tahu Merpati itu perusahaannya selalu rugi. Nilai kerugiannya sampai Rp 778 miliar, sementara utangnya Rp 2 triliun. Duit dari mana lagi, masa iya kita mintakan duit lagi," katanya.

Baca juga:
Bertemu Direksi BUMN, 5 Anggota DPR Memeras?

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Dahlan Iskan Versus DPR

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    28th

    Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

    Syarat & Ketentuan
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
    Laporkan Komentar
    Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

    Terkini Lainnya

    Eks Jubir KPK Sebut Tak Dicecar soal Dugaan Perusakan Barbuk Kasus Dugaan Korupsi di Kementan

    Eks Jubir KPK Sebut Tak Dicecar soal Dugaan Perusakan Barbuk Kasus Dugaan Korupsi di Kementan

    Nasional
    Sebaran Dukungan 3 Bakal Capres di 5 Provinsi Terbesar, Hasil Survei LSI Denny JA

    Sebaran Dukungan 3 Bakal Capres di 5 Provinsi Terbesar, Hasil Survei LSI Denny JA

    Nasional
    Wakili Jokowi di HUT PSMTI, Moeldoko: Pembangunan yang Dirintis Jokowi Harus Berlanjut

    Wakili Jokowi di HUT PSMTI, Moeldoko: Pembangunan yang Dirintis Jokowi Harus Berlanjut

    Nasional
    Amanda Manopo Dicecar 34 Pertanyaan Terkait Dugaan Promosikan Situs Judi 'Online'

    Amanda Manopo Dicecar 34 Pertanyaan Terkait Dugaan Promosikan Situs Judi "Online"

    Nasional
    Diduga Promosikan Situs Judi 'Online', Amanda Manopo: Hanya Kesalahpahaman

    Diduga Promosikan Situs Judi "Online", Amanda Manopo: Hanya Kesalahpahaman

    Nasional
    Dukungan untuk Prabowo, Ganjar, dan Anies dari Sisi Ekonomi dan Pendidikan Hasil Survei LSI Denny JA

    Dukungan untuk Prabowo, Ganjar, dan Anies dari Sisi Ekonomi dan Pendidikan Hasil Survei LSI Denny JA

    Nasional
    Setahun Tragedi Kanjuruhan, Komnas HAM Soroti Proses Hukum Eks Dirut PT LIB yang Mandek

    Setahun Tragedi Kanjuruhan, Komnas HAM Soroti Proses Hukum Eks Dirut PT LIB yang Mandek

    Nasional
    Sering Ditanya Dukungan Politik, Rais Aam PBNU: Tunggu Komando, Jangan Buka Lapak Sendiri

    Sering Ditanya Dukungan Politik, Rais Aam PBNU: Tunggu Komando, Jangan Buka Lapak Sendiri

    Nasional
    KSP: Pembentukan Angkatan Siber TNI, Mau Tak Mau Harus Bicara Politik Anggaran Juga

    KSP: Pembentukan Angkatan Siber TNI, Mau Tak Mau Harus Bicara Politik Anggaran Juga

    Nasional
    Selebgram Angela Lee Diperiksa Polri Terkait TPPU Sindikat Narkoba Fredy Pratama

    Selebgram Angela Lee Diperiksa Polri Terkait TPPU Sindikat Narkoba Fredy Pratama

    Nasional
    Kasus BTS 4G, Kejagung Siapkan Upaya Paksa untuk Panggil Staf Anggota Komisi I dan Perwakilan BPK

    Kasus BTS 4G, Kejagung Siapkan Upaya Paksa untuk Panggil Staf Anggota Komisi I dan Perwakilan BPK

    Nasional
    Perbaikan 41 Kapal Perang TNI AL, KSAL: Tak Ada Target Selesai, Sesuaikan Kemampuan Galangan Kapal

    Perbaikan 41 Kapal Perang TNI AL, KSAL: Tak Ada Target Selesai, Sesuaikan Kemampuan Galangan Kapal

    Nasional
    Saksi Sebut Istri Rafael Alun Hanya ke Kantor Saat Ada Acara

    Saksi Sebut Istri Rafael Alun Hanya ke Kantor Saat Ada Acara

    Nasional
    KPK Duga Dokumen Terkait Dugaan Korupsi di Kementan Disobek dan Dihancurkan

    KPK Duga Dokumen Terkait Dugaan Korupsi di Kementan Disobek dan Dihancurkan

    Nasional
    Dugaan Korupsi di Kementan Bertambah, Ada Gratifikasi dan TPPU

    Dugaan Korupsi di Kementan Bertambah, Ada Gratifikasi dan TPPU

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Verifikasi akun KG Media ID
    Verifikasi akun KG Media ID

    Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

    Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com