Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Formula PDB Tentukan Kuota Saham IMF

Kompas.com - 08/11/2012, 06:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Forum G-20 sepakat bahwa produk domestik bruto adalah variabel paling relevan guna menentukan kuota saham negara anggota Dana Moneter Internasional. Meskipun demikian, forum belum sepakat soal detail besaran kontribusinya.

Mengutip siaran pers Kementerian Keuangan di Jakarta, Rabu (7/11), Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-20 di Mexico City, Meksiko, 4-5 November, antara lain sepakat untuk terus melanjutkan reformasi Dana Moneter Internasional (IMF). Ini mencakup pelaksanaan reformasi tata kelola dan formula baru penentuan kuota saham negara anggota di IMF yang diharapkan mencerminkan kontribusi ekonomi negara anggota pada perekonomian global.

Forum sepakat bahwa indikator produk domestik bruto (PDB) merupakan variabel paling relevan dan memiliki timbangan tertinggi dalam perhitungan formula. Formula ini dianggap menguntungkan negara berkembang berpendapatan menengah, termasuk Indonesia, yang kontribusinya besar terhadap pertumbuhan global.

Akan tetapi, forum belum sepakat soal besaran kontribusi PDB. Forum juga belum menyepakati perlu atau tidaknya memperhitungkan dua variabel indikator formula sebelumnya, yaitu keterbukaan dan variabilitas.

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada A Tony Prasetiantono berpendapat bahwa keuntungan Indonesia dalam hal formula PDB tersebut adalah pada iuran wajib ke IMF menjadi lebih murah. Ini disebabkan perhitungan PDB Indonesia lebih murah dibandingkan dengan PDB Amerika Serikat.

”PDB tidak mencerminkan nilai riil, tetapi nilai nominal. PDB kita yang rupiah ketika dikonversikan ke dollar AS menjadi murah. Jadi, kita akan membayar lebih murah dari yang semestinya,” kata Tony.

Secara terpisah ekonom EC-Think, Iman Sugema, menyatakan bahwa PDB adalah satu-satunya indikator yang paling merepresentasikan kekuatan ekonomi suatu negara. Artinya, IMF juga harus merepresentasikan kekuatan ekonomi negara-negara anggotanya.

”Buat Indonesia, dalam jangka panjang menguntungkan, tapi jangka pendek belum terasa. Ada perubahan, tapi belum signifikan,” katanya. (LAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com